IRENE POV
Irene menyaksikan dengan ngeri saat sang raja raksasa berdiri tegak—hampir setinggi pilar kuil. Wajahnya persis seperti yang Irene ingat—sehijau empedu, menyeringai kejam, kepang rambutnya yang sewarna rumput laut dihiasi pedang serta kapak yang diambil dari demigod mati. Dia menjulang tinggi di hadapan kedua tawanan, menyaksikan mereka menggeliat-geliut. "Mereka tiba persis seperti yang kau terawang, Enceladus! Kerja bagus!"
Musuh lama Irene membungkukkan kepala, tulang-tulang yang dianyam ke rambut gimbalnya berkelotakan. "Pekerjaan saya sederhana saja, Raja." Desain lidah api mengilap di baju tempurnya. Tombaknya membara keunguan. Dia hanya butuh satu tangan untuk memegang tawanannya. Walaupun Jimin Park sakti, walaupun dia telah selamat dari segala macam cobaan, pada akhirnya dia tak berdaya melawan kekuatan raksasa—dan keniscayaan ramalan. "Saya tahu dua orang ini akan memimpin penyerangan," lanjut Enceladus. "Saya memahami cara mereka berpikir. Athena dan Poseidon ... mereka persis seperti anak-anak ini! Keduanya datang ke sini, berpikir bakal mengklaim kota ini. Arogansi mereka nyatanya mendatangkan petaka bagi mereka!"
Di tengah-tengah riuh rendah khalayak, Irene nyaris tidak bisa berkonsentrasi, tapi dia mengulang-ulang perkataan Enceladus dalam benaknya: dua orang ini akan memimpin penyerangan. Jantung Irene berpacu. Para raksasa mengharapkan kedatangan Jimin dan Seulgi. Mereka tidak memperkirakan kehadiran Irene. Sekali ini, menjadi Irene Bae, putri Aphrodite, orang yang tidak dianggap serius oleh siapa pun, ternyata mungkin saja menguntungkannya. Seulgi mencoba mengucapkan sesuatu, tapi Periboia sang raksasa perempuan mengguncangkan lehernya. "Diam! Jangan goyangkan lidah manismu yang penuh tipu daya!" Sang putri mencabut pisau berburu sepanjang pedang Irene. "Beri aku kehormatan, Ayahanda!"
"Tunggu, Putriku." Sang raja melangkah mundur. "Pengurbanan mesti dilakukan secara pantas. Thoon, penghancur Moirae Perajut Takdir, majulah!" Raksasa kelabu uzur terseok-seok ke depan sambil memegangi pisau jagal kebesaran. Tatapan mata putih keruhnya terpaku pada Seulgi. Jimin berteriak. Di ujung lain Akropolis, seratus meter kurang dari sana, air menyembur ke langit. Raja Porphyrion tertawa. "Kau mesti berbuat lebih daripada itu, Putra Poseidon. Bumi terlampau kuat di sini. Ayahmu sekalipun hanya bisa mendatangkan sumber air asin, tidak lebih. Tapi, jangan khawatir. Satusatunya cairan yang kami butuhkan darimu adalah darahmu!"
Irene menelaah langit dengan putus asa. Di mana Argo II? Thoon berlutut dan menyentuhkan bilah pisau jagalnya dengan penuh hormat ke tanah. "Bunda Gaea ..." Suaranya teramat dalam, mengguncangkan reruntuhan, membuat kuda-kuda logam beresonansi di bawah kaki Irene. "Pada zaman kuno, darah yang dicampur dengan tanahmu menciptakan kehidupan. Kini, perkenankan darah demigod ini membalas budi. Kami akan membangkitkanmu sepenuhnya. Kami sambut dirimu sebagai majikan kami yang kekal!"
Tanpa berpikir, Irene meloncat dari kuda-kuda. Dia melayang di atas kepala para Cyclops dan raksasa Laistrygonian, mendarat di tengah-tengah pekarangan, dan merangsek ke dalam lingkaran raksasa. Selagi Thoon bangun untuk menggunakan pisau jagalnya, Irene menebaskan pedang ke atas. Dipotongnya tangan Thoon di bagian pergelangan. Sang raksasa tua melolong. Pisau jagal dan tangan buntung tergolek di tanah di kaki Irene. Dia merasakan samaran Kabut tersibak habis hingga dirinya kembali menjadi Irene— seorang gadis di tengah-tengah sepasukan raksasa, bilah pedang perunggunya yang bergerigi bagaikan tusuk gigi bila dibandingkan dengan senjata mereka yang mahabesar.
"APA INI?" Porphyrion menggemuruh. "Berani-beraninya makhluk lemah tak berguna ini turut campur?" Irene mengikuti instingnya. Dia menyerang. Keuntungan Irene: dia kecil, dia gesit, dan dia benar-benar sinting. Irene mencabut pisaunya, Katoptris, dan melemparkan senjata itu kepada Enceladus, berharap takkan mengenai Jimin. Dia berkelit ke samping tanpa melihat hasil bidikannya, tapi dinilai dari jeritan kesakitan sang raksasa, bidikan Irene tentunya jitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventures of the Demigods Season 2 #5 Last (Bangvelt)
AdventureApi Yunani berkobar ... membakar sebagian besar monster. Tanah menggemuruh. Semua gelembung membrane berlendir meletus, mengepulkan debu. Setetes jatuh dari dagu Jimin ... mendarat di tanah ... mendesis seperti seperti air di wajan. Darah Olympus...