TAEHYUNG POV
Taehyung benci basilisk. Makhluk melata kecil menjijikkan itu gemar berliang di bawah kuil-kuil di Roma Baru. Semasa Taehyung masih menjadi centurion, kohortnya selalu memperoleh tugas tidak populer, yaitu membasmi sarang basilisk. Basilisk kelihatannya tidak ganas-ganas amat—cuma ular sepanjang lengan, bermata kuning, dan bermahkota putih berumbai—tapi geraknya cepat dan dapat membunuh apa saja yang ia sentuh. Taehyung tidak pernah menghadapi lebih dari dua basilisk sekali waktu. Kini selusin hewan tersebut berenang-renang di sekeliling tungkai sang raksasa. Satu-satunya kabar baik: di bawah air, para basilisk tidak bisa mengembuskan napas api, tapi bukan berarti mereka lantas menjadi kurang mematikan. Dua ekor ular melesat ke arah Jimin. Diirisnya mereka jadi dua. Sepuluh ular lain meliuk-liuk di sekeliling Jimin, hanya sedikit lebih jauh daripada jangkauan pedang. Mereka menggeliut ke depanbelakang dengan pola gerakan yang menghipnotis, mencari-cari bukaan. Satu gigitan atau satu sentuhan, hanya itu yang mereka butuhkan.
"Hei" teriak Taehyung. "Ayo, sini! Beri aku kasih sayang!" Ular-ular mengabaikannya. Begitu pula sang raksasa, yang berdiri ongkang-ongkang kaki dan memperhatikan sambil tersenyum pongah, rupanya dengan senang hati membiarkan piaraannya saja yang membunuh. "Kymopoleia." Taehyung berusaha sebaik-baiknya untuk melafalkan nama sang dewi dengan tepat. "Kau harus menghentikan ini." Sang dewi memandangi Taehyung dengan mata putihnya yang berpendar.
"Untuk apa aku melakukan itu? Ibu Pertiwi telah menjanjikanku kekuatan tak berbatas. Bisakah kau menyuguhkan tawaran yang lebih baik?" Tawaran yang lebih baik Taehyung menangkap kesempatan—ruang untuk bernegosiasi. Tapi, apa yang dia punyai yang kira-kira diinginkan Dewi Badai? Para basilisk mengepung Jimin semakin rapat. Dia mengusir mereka dengan semburan gelombang air, tapi mereka terus mengitarinya.
"Hei, Basilisk!" teriak Taehyung. Masih tak ada reaksi. Dia bisa saja menerjang untuk membantu, tapi sekalipun bersama-sama, dia dan Jimin tidak mungkin menghalau sepuluh basilisk sekaligus. Dia memerlukan solusi yang lebih bagus. Taehyung melirik ke atas. Badai petir menggila di atas, tapi letak mereka ratusan kaki di bawah. Dia tidak mungkin memanggil petir ke dasar laut, kan? Kalaupun bisa, air memiliki konduktivitas listrik yang terlalu tinggi. Bisa-bisa Jimin tersetrum. Tapi, pikiran Taehyung tidak bisa membuahkan opsi yang lebih baik. Disorongkannya pedang ke atas. Bilah senjata tersebut serta-merta berpendar merah panas. Awan kabur berwarna kuning terang berarak ke kedalaman cakan seseorang baru saja menuangkan neon cair ke dalam air. cahaya dari dalam awan mengenai pedang Taehyung dan menciprat ke luar, terbelah sepuluh hingga menyambar para basilisk. Mata mereka menjadi gelap. Mahkota mereka terbuyarkan. Kesepuluh ular tersebut kini telentang dan terapung-apung mati dalam air.
"Kali lain," kata Taehyung, " lihat aku sewaktu aku bicara pada kalian."
Senyum Polybotes menjadi masam. "Apa kau ingin sekali mati, Orang Romawi?"
Jimin mengangkat pedangnya. Dia meluncurkan diri ke arah sang raksasa, tapi Polybotes mengayunkan tangannya di air, alhasil meninggalkan jejak racun hitam berrninyak. Jimin menerjang tepat ke arah itu sebelum Taehyung sempat berteriak, Bung, apa yang kau pikirkan? Jimin menjatuhkan Riptide. Dia megap-megap sambil mencakari leher. Sang raksasa melemparkan jaringnya yang berpemberat dan Jimin pun roboh ke lantai, terjerat tanpa daya sementara racun kian mengental di sekelilingnya.
"Lepaskan dia!" Suara Taehyung pecah karena panik. Sang raksasa terkekeh. "Jangan khawatir, Putra Jupiter. Lama sekali baru temanmu akan mati. Sesudah dia merepotkanku sekian banyak, aku takkan mimpi untuk cepat-cepat membunuhnya." Kepulan beracun meruah di seputar tubuh raksasa itu, memenuhi reruntuhan seperti asap cerutu tebal. Taehyung buru-buru mundur, kurang cepat, tapi ventus-nya terbukti merupakan filter yang berguna. Sementara racun menyelubungi Taehyung, tornado miniatur berputar kian cepat, mengusir kepulan tersebut. Kymopoleia mengernyitkan hidung dan mengusir kegelapan itu, tapi racun sepertinya tidak memengaruhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventures of the Demigods Season 2 #5 Last (Bangvelt)
AventurăApi Yunani berkobar ... membakar sebagian besar monster. Tanah menggemuruh. Semua gelembung membrane berlendir meletus, mengepulkan debu. Setetes jatuh dari dagu Jimin ... mendarat di tanah ... mendesis seperti seperti air di wajan. Darah Olympus...