Part 7 - Neraka Garen

437 72 4
                                    

"Kamu kenapa?" Kaliki menyentuh pundaknya perlahan.

Gesang hanya tersenyum menanggapi. Berusaha menutupi tentang kegusarannya sendiri. Mereka sudah berada di dalam mobil di parkiran tempat les Kaliki. Gadisnya itu sudah selesai les dan dia menjemputnya.

"Garen ya?" Kaliki memutar tubuhnya ke samping menatap Gesang disebelahnya. Mobil itu masih berhenti sekalipun mesinnya menyala.

"Aku punya firasat aneh."

"Kamu punya rahasia, tentang besok. Iya kan?" Mereka sudah lama dekat dan kenal. Hampir sepanjang SMA ini. Dan Liki bukan gadis bodoh yang tidak paham apa-apa yang terjadi dibelakangnya. Dia hanya tidak ingin tahu karena dia takut tapi disaat bersamaan dia tidak bisa melarang teman-temannya ini.

"Itu mangkanya kamu minta Boy temenin aku. Iya kan?"

Gesang menghela nafasnya. "Sayang, nggak semuanya kamu perlu tahu."

"Apa yang kamu rencanakan besok Ge? Kerja kelompok sama Bowo? Apa main futsal? Di lapangan mana?" Kaliki menyindir Gesang.

"Kamu tahu nggak kalau aku selama ini cuma pura-pura nggak tahu. Waktu kamu berantem sama Bara tahun lalu, atau waktu sama Bowo waktu kita kelas satu, atau sama kepala gengnya SMA 11."

Suara Liki sudah bergetar, dia menahan tangisnya. "Kamu tahu nggak kadang aku berharap aku seberani Garen, jadi aku bisa belain kamu. Jadi aku bisa pastiin kamu nggak kenapa-napa. Dan setiap kamu lagi perang, nge-date atau apalah istilah kamu itu, aku cuma bisa duduk nangis di kamar nungguin kabar dari kamu." Lalu air matanya jatuh satu-satu.

"Sayang, jangan begini dong." Gesang sudah mengusap air mata itu tapi Liki menampiknya.

"Kita nggak bisa kayak anak normal lainnya aja ya? Maksudnya, apa perlu berantem begitu? Apa sih yang didapet dari berantem?"

Gesang menghela nafasnya. "Kalau kamu tahu semuanya, berarti kamu juga tahu alasannya. Fakta kalau aku nggak pernah memulai semuanya. Kayak kasus Bowo kemarin..." Gesang berdecak emosi mengingat apa yang terjadi pada Liki. "Adiknya melecehkan kamu sayang. Aku harus gimana dong? Diam aja? Terus soal Bara, dia pukul Garen. Dia pukul perempuan sayang. Dan kejadian lainnya, kamu paham benar itu semua bukan mau aku."

Kaliki tambah kesal karena apa yang Gesang bilang benar. Tangisnya tambah hebat karena paham dia tidak bisa melarang laki-lakinya itu pergi besok.

"Ya ampun Ki. Jangan nangis dong. Aku serba salah nih." Gesang sudah memeluk Kaliki.

"Kalau kamu kenapa-napa aku gimana? Aku nggak mau nggak ada kamu."

"Ya Tuhan sayang. Jangan mikir aneh-aneh. Banyak anak-anak juga kok. Ada Aryan dan Alta, belum lagi Badai."

"Itu malah bikin aku tambah sedih, mereka kan semua juga temen aku."

Gesang mencium pipi Kaliki sayang. "Udah jangan nangis lagi, oke?"

"Apa bisa kamu nggak pergi kali ini?"

"Dan biarin kamu nanti dilecehin lagi?"

"Kan belum tentu begitu. Bisa jadi Ikhsan udah kapok sama kamu kemarin."

Gesang tersenyum, dahi mereka masih menempel. "Aku cuma pergi sebentar sayang. Kamu selesai dari toko buku, kita ketemuan seperti biasa."

"Aku sayang sama kamu Ge. Jaga diri baik-baik dan jagain Garen."

Lalu Gesang mencium bibir Liki perlahan. "Iya, aku janji."

***

Sudah pukul 10 malam. Sebenarnya dia enggan sekali pulang karena paham benar ayahnya baru pulang dinas hari ini. Dinas benar atau bohong, siapa yang tahu. Siapa yang perduli. Oh, mungkin ibunya perduli. Tapi dia tidak, tidak akan.

Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang