Dia bangkit dari tidurnya. Mengerjapkan matanya perlahan sambil merasakan kepalanya yang sedikit pusing. Belakangan ini, dia hanya tidur tiga-empat jam saja. Sebenarnya sudah sejak Nagaren koma, tapi kali ini dia isi waktunya dengan membaca. Banyak membaca. Paham benar itu satu-satunya kegiatan yang bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari wajah gadis itu.
Lalu dia beranjak ke kamar mandi. Berlama-lama dibawah pancuran sedikit banyak bisa menenangkannya juga. Entah kenapa, beberapa hari ini wajah gadis itu makin jelas terbayang. Hampir setiap saat. Segala jenis ekspresinya akan datang silih berganti. Bayang-bayangnya akan ada disetiap sudut rumahnya sendiri. Mereka sudah terlalu lama dekat, jadi Nagaren sudah menjajah seluruh bagian rumahnya tanpa terkecuali. Seperti gadis itu menjajah seluruh bagian hatinya selama ini. Karena itu juga, dia benci berada di kamarnya sendiri. Karena itu juga selama ini dia lebih nyaman berada di kamar rawat gadis itu, sekalipun rasanya sepi. Tapi paling tidak, kenanganya itu tidak menyiksanya disana.
Air pancuran masih menyiram tubuhnya. Dia memejamkan mata sejenak saja...kemudian...
"Nggak usah takut hujan Yan." Gadis itu tertawa. Dia membiarkan seluruh tubuhnya basah saja. Sambil berjalan ringan seolah tidak ada apa-apa.
"Ada teknologi yang namanya payung Ru atau jas hujan. Sini minggir nggak? Nanti sakit."
Tawa gadis itu makin keras saja. Menarik lengan Aryan yang masih berteduh di halte agar keluar dari tempatnya. "Cemen lo. Pantes aja nggak punya pacar. Sama hujan aja takut. Rasain dulu, ini menyenangkan."
Pintu kamar mandinya yang diketuk membuat lamunannya terhenti.
"Yan, cepetan keluar." Suara Gesang disana.
Aryan yang sudah selesai langsung menyambar handuk dan keluar. "Kenapa? Ada kabar dari rumah sakit?"
Gesang melihat Aryan heran. "Nggak. Emangnya ada?"
Aryan menatap Gesang kesal. "Monyong, gue pikir ada kabar."
"Sompret lo ngatain gue monyong. Nih, pake buat nanti malam." Gesang meletakkan begitu saja setelan jas hitam lengkap dengan dasi dan kemejanya di tempat tidur Aryan.
Kepala Aryan menggeleng. "Gue nggak ikut Ge, kan lo tahu."
"Yan, becanda lo. Anak-anak udah latihan keras lho. Masa lo nggak nonton paling nggak?"
Aryan berjalan ke lemari pakaian dan mulai memakai bajunya.
"Satu, itu acara konyol banget. Prom Night? Come on Ge. Lo tahu itu nggak gaya gue banget. Dua, gue udah sering lihat anak-anak perform sebelumnya kan? Tiga, gue mau berduaan sama Ndaru. Udah dua hari gue sibuk persiapan masuk kayak orang gila."
"Heh, itu acara nggak konyol. Itu ceremonial. Terus performnya anak-anak kali ini beda. Ini buat Garen Yan. Lagunya dia. Tiga, Ini cuma tiga jam Yan. Abis itu lo bisa nongkrongin Garen lagi sana. Gue juga kangen sama dia, gue juga mau nginep hari ini di RS."
"Eh jangan, enak aja lo. Lo besok aja, gue beneran mau sama Ndaru aja."
"Ih najis banget nih anak. Macam lo udah beneran pacaran aja sama Garen. Dasar gila." Gesang mendesah kesal. "Pokoknya lo ikut. Atau gue seret lo."
"Ge, parah lo maksa-maksa gue. Ngajak ribut?"
Mereka hanya bercanda, paham benar itu. "Inget, gue alfa-nya." Ujar Gesang lagi.
"Alfa-alfa. Dasar belagak lo. Alfanya tuh Ndaru, bukan lo."
Lalu episode jitak-jitakan terjadi juga. Mereka bergulat seru, saling memukul dan mendorong sambil tertawa. Tiba-tiba Gesang berhenti, dia benar-benar berhenti. Ekspresi wajahnya tiba-tiba mengeras saja. Dia menoleh seperti mendengar dan menatap sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys
RandomIni kisahnya Nagaren, Gesang dan Aryan. Tiga sahabat yang tidak terpisahkan. Juga ditambah dengan anggota Bad Boys lainnya. Jalinan kuat persahabatan yang diwarnai dengan rahasia-rahasia, tentang cinta, tentang luka, tentang apa arti pengorbanan, te...