Part 23 - Rencana Gesang

460 84 23
                                    

Mereka berada di kelas Gesang saat jam istirahat tiba. Aryan, Gesang, Alta dan juga Kaliki. Mereka duduk di bagian pojok belakang kelas sambil berbicara serius. Sementara Boy dan Mamet berjaga didepan memastikan area itu kosong sementara. Rapat tertutup, itu bahasa mereka.

Gesang langsung memulai. "Jadi, gue nggak bisa diem aja terus begini. Gue muak lihat Garen begitu. Kita harus bangunin Garen, or at least die trying deh daripada diem kayak orang bego begini."

"Nggak ada yang boleh mati-mati lagi. Seriusan." Aryan menyahut.

"Heh itu namanya kalimat metafora Yan. Napa lo jadi bego sik?" Ujar Gesang kesal.

"Lah tumben lo pinter Sang?" Alta menyahut.

"Iiih, pada fokus dong. Gimana sih?" Liki berujar kesal. "Intinya, gue dan Gesang baca-baca literature di internet soal orang koma. Menurut Mama Saras, komanya Garen itu masih golongan vegetative bukan katatonia dan belum sampai mati otak, ya Tuhan amit-amit. Jadi kemungkinan bangunnya masih besar. Garen masih bisa bangun dan bisa dirangsang dari luar. Lo jangan pada ngeres ya kalau gue ngomong rangsang-rangsang."

"Lanjut deh Ki, nggak ada yang ngeres kecuali Gesang kok." Ujar Alta lagi.

"Kita udah wasting time dua bulan lebih ini karena kalau nengokin Garen kita diem aja ngeliatin dia doang." Kaliki melanjutkan.

"Kecuali Aryan, dia kalau nungguin Garen pasti ngomong sendiri kayak orang bego. Atau deket-deket Garen sambil dengerin musik, iya kan?" Ujar Gesang.

"Terus kenapa emang?" Ujar Aryan.

"Lo udah tahu ya kalau pasien koma itu bisa di terapi?" Kaliki menatap Aryan.

Aryan mengangguk. Sebenarnya sudah dari sebulan lalu dia sibuk membaca seluruh artikel soal pasien koma. Dan dia tahu salah satu bentuk terapi pasien adalah dengan bercerita, berusaha membangkitkan memori mereka. Karena itu dia bersikukuh meminta Mama Saras untuk menempatkan Garen di ruang rawat. Dengan begitu setiap malam dia bisa mengobrol satu arah dengan Garen. Bercerita tentang kenangan mereka, bagaimana dia menjalani harinya atau hanya mendengarkan musik dari ipodnya bersama Garen.

"Lo kenapa nggak ngomong, gelo." Kaliki mencubit bahu Aryan gemas. "Intinya, karena Aryan sudah mulai melakukan terapi itu. Gimana kalau kita juga begitu."

"Maksudnya?" Alta tidak mengerti.

"Kayaknya Garen nggak kena kalau dikasih cerita mendayu-dayu kayak model Aryan. Dan gue paham benar diantara kita semua nggak ada yang pinter bercerita. Bah, kita jagonya berantem bukan cerita." Ujar Gesang.

"Jadi gimana?"

"Tapi gue tahu cara lainnya." Mata Gesang berkilat antusias. "Kita nyanyi aja buat Garen."

Aryan menatap Gesang heran. "Nyanyi gimana maksud lo?"

"Nyanyi kayak kita biasa nyanyi kalau di basecamp. Ala-ala Dana dan Badai. Pakai gitar, kalau perlu bawa krecekan sekalian. Biar seru, biar rame."

"Bocah edan, ntar nyokap lo ngamuk gila. Garen bisa dibalikin ke ICU lagi, nggak mau gue."

"Yah Yan. Kita coba dulu. Apa bedanya sama sekarang, Garen nggak respon kan? Kalau kita banguninnya rame-rame, mungkin dia bangun Yan. Mungkin dia berusaha lebih keras untuk bangun." Gesang menatap Aryan sungguh-sungguh.

Aryan diam. Dia berusaha mencerna rencana kawannya ini. Bukan rencana yang buruk sebenarnya. Tapi resikonya adalah aksesnya pada Garen yang besar kemungkinan akan tertutup. Bisa jadi nantinya dia tidak bisa seleluasa sekarang, dia tidak bisa menemani Garen setiap malam. Jadi ini benar-benar berat untuknya.

Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang