Part 12 - Alta dan dia

398 66 8
                                    

Dia melangkah masuk ke ruangan dengan baju khusus. Dia yang pertama, karena datang pagi-pagi setelah insiden kemarin sore. Matanya menatap Garen yang terbaring dihadapannya. Tubuhnya sendiri sudah dia dudukkan di kursi putar satu-satunya yang ada di dekat tempat tidur. Suster bilang dia tidak boleh terlalu dekat dengan tubuh Garen kawannya. Jadi dia menurut saja.

Lalu ingatannya melayang. Tentang mereka. Gesang, Aryan, Nagaren, mereka, lalu menjadi kita.

***

"Geee....." Garen tertawa-tawa sambil berlari dari arah dalam sekolah menuju warung Mami, base camp pertama. Ini memang sudah jam pulang sekolah.

"Kenapa lo?" Gesang yang sedang duduk didepan warung menatap Garen tidak mengerti.

"Lo tahu nggak kenapa kenapa Alta nggak punya-punya cewek?"

Alta sudah berlari menuju Garen dan Gesang yang sedang duduk di warung dengan wajah panik. Satu tangannya langsung menutup mulut Garen.

"Apa? Kenapa?" Senyum Gesang juga sudah mengembang lebar. 'Ini pasti seru.'

"Ren, diem nggak Ren. Gue nggak pinjemin laptop lagi lho."

Tangan Garen berusaha melepaskan bekapan tangan Alta dimulutnya. Aryan yang duduk disebelah Gesang tersenyum melihat tingkah konyol dua kawannya itu.

"Ta, lepas nggak? Gue pingin denger." Gesang membela Garen.

"Ren, serius gue marah nih." Tangan Alta sudah melepaskan Garen.

Garen masih tertawa geli. "Ta, gue harus cerita biar kita bisa bantuin lo. Jadi penganggum rahasia itu nyesek kali."

"Kayak lo pernah punya pacar aja pake nasihatin gue." Alta bersungut kesal.

Ramdan dan Dana sudah keluar dari sekolah lalu menghampiri mereka. Tangan Dana memegang gitar karena memang hari ini ada praktikum kesenian. Ya, Dana memang jago main gitar dan drum.

"Permisi Bapak-bapak." Tangan Dana sudah bergerak kebawah di senar gitarnya yang akhirnya membunyikan gitar itu. "Apa saya boleh bernyanyi?"

"Nah...nah nah. Menyatakan cinta pake cara Dana aja." Garen langsung berujar riang.

"Nagaren, diem nggak?" Alta lalu ingin membungkam mulut Garen lagi tapi tubuh gadis itu sudah berlari mengelilingi meja kayu panjang itu, menghindar dari tangkapan tangan Alta.

"Eh, eh gue mainin lagu india ya. Kan pas tuh kalian sambil kejar-kejaran." Ujar Dana dengan wajah usil dan senyum mengembang. Lalu tangan Dana sudah dengan lincah melakukan sweep picking pada gitarnya. Mengalunkan intro salah satu lagu dangdut.

"Terajaaaanaaaa...." Dana menyanyi dengan suara yang yah, lumayan.

"Terajaaaaanaaaa..." Ramdan menyahut dengan lebih merdu. "Ini lagunyaaa....lagu indiaaaa."

Lalu Dana makin seru lagi memainkan gitarnya. Ramdan yang menyanyi sementara Dedy, Mamet dan Boy yang baru datang sudah bergoyang dangdut ramai.

Pernah aku melihat musik di Taman Ria
Iramanya Melayu duhai sedap sekali
Iramanya Melayu duhai sedap sekali

Sulingnya suling bambu
Gendangnya kulit lembu
Dangdut suara gendang rasa ingin berdendang

Alta sudah berhenti karena kesal diganggu oleh teman-temannya. "Ren, kita musuhan aja deh."

"Ih Altaa, kok ABG sih, AmBeGan. Jangan baper dong. Gue kan cuma bantuin Ta."

Lalu wajah Alta berubah serius. Dia berdiri menatap Garen sambil menekuk wajahnya. Dana langsung berhenti memainkan gitar masih sambil tersenyum konyol.

Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang