Sebagian besar siswa-siswi sudah pulang. Kawan-kawannya juga sudah beranjak ke base camp, atau mulai bekerja untuk kasus Dedy dan Ramdan, dan mulai berpacaran untuk kasus Dana. Hanya tersisa Gesang, Liki, Garen dan Aryan.
"Cabut? Gue mau nganter Liki les." Gesang sudah beranjak dari duduknya sambil berujar pada Aryan. "Sorean di base camp ya."
Aryan hanya mengangguk.
"Lo mau kemana?" Gesang berujar pada Garen yang masih mengernyit menatap buku Fisikanya.
"Mau tau aja sih lo. Udah sana pacaran aja kalian." Mata Garen tidak beranjak dari bukunya. Gadis aneh itu memang sedang sangat penasaran tentang hukum Kirchoff, jadi dahinya sudah mengernyit dalam.
"Garen, jangan berkerut gitu, nanti cepet tua."
Garen hanya menoleh dan tersenyum sejenak pada Kaliki. Hanya Kaliki saja yang bisa mengganggunya begitu.
"Lo kemana?" Gesang menengok ke Aryan.
Aryan hanya diam menatap Gesang dan Gesang langsung tahu apa yang ada dipikiran sobatnya.
"Oke, gue jalan dulu. Sampe ketemu ntar sore."
"Kalian tuh aneh banget sih. Kok bisa tahu Aryan mau ngapain? Aryan kan nggak ngomong apa-apa." Kaliki berujar sambil jalan dirangkul oleh Gesang menjauh.
"Kita pake jurus bahasa kalbu." Kata Gesang.
"Kalo kamu bisa bahasa kalbu, kenapa nggak ngerti semalam aku kenapa? Kenapa kita ribut terus?"
"Kan cuma aku sama Aryan aja yang bisa pake bahasa kalbu sayang. Sama kamu mah pake bahasa tubuh bisanya." Gesang makin erat merangkul Kaliki.
"Yeee...dasar centil." Kaliki mencubit pinggang Gesang yang langsung tertawa.
***
"Mau sampe jam berapa disini?" Mereka masih duduk ditempat yang sama. Meja panjang didepan warung Mami.
"Gue nggak suka lo ngerokok."
Aryan tersenyum tipis tidak menghiraukan omongan kawannya itu. Dia masih menghembuskan asapnya perlahan. Sementara Garen sudah menolehkan kepalanya dari buku, menatap Aryan yang duduk disebelahnya.
"Gue bilang gue nggak suka lo ngerokok." Nada Garen mulai tinggi.
"Gue nggak suka lo ikut besok. Gimana?" Aryan berujar balik pada Garen.
"Jadi, lo mau bales gue? Bagus. Ngerokok sana sampe mati." Garen beranjak dari duduknya sambil membawa buku fisikanya. Dia berjalan ke arah dalam warung untuk mengambil tas ransel dan ingin segera pergi.
Aryan mengikutinya.
"Jangan deket-deket kalau masih ngerokok. Bau tau nggak?"
Aryan terkekeh kecil lalu menginjak rokoknya. Tangannya sudah menarik lengan Garen.
"Ngapain lo? Nggak usah pegang-pegang segala?" Garen sudah melotot galak.
"Gue anter. Mau kemana?"
"Gue punya kaki."
"Gue punya motor." Aryan sudah melepaskan tangannya. "Makan dulu, sebelum banting-bantingan sama Bang Lex di dojo. Gimana?"
"Oke." Ekspresi wajah Garen langsung berubah. Sebenarnya Aryan ingin tertawa namun takut gadis itu akan marah lagi. Jadi dia diam saja lalu berlari mengambil motornya.
***
Aryan menatap Garen yang sedang makan diam-diam. Pikirannya melayang pada saat dia bertemu Garen dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys
DiversosIni kisahnya Nagaren, Gesang dan Aryan. Tiga sahabat yang tidak terpisahkan. Juga ditambah dengan anggota Bad Boys lainnya. Jalinan kuat persahabatan yang diwarnai dengan rahasia-rahasia, tentang cinta, tentang luka, tentang apa arti pengorbanan, te...