"Hai Mas." Garen tersenyum menatap kakak dari sahabatnya itu.
Danang berdiri sejenak setelah menutup pintu. Sungguh, harapannya sudah hilang sebelumnya. Dia sudah benar-benar merelakan jika Garen memang harus pulang. Jadi, dia tidak menyiapkan ini.
Dia mendesah kesal perlahan. "Lo ngomong begitu kayak lo baru pulang dari sekolah dan sampai ke rumah gue." Danang mulai berjalan mendekati Garen.
"Anggap aja begitu. Bukan karena gue nggak tahu apa yang kalian semua sudah lalui, tapi lebih karena gue nggak mau kalian semua sedih lagi." Garen diam sesaat kemudian berujar lagi. "Jadi, anggap aja gue baru pulang dari sekolah."
Tubuh Danang sudah duduk dipinggir kasur Garen. Menatap gadis itu dalam-dalam.
"Apa rasanya?"
"Cengeng nggak, kalau gue bilang bahagia?"
Danang tersenyum. "Bukan itu maksud gue, tapi apa yang sekarang lo rasa? Masih sakit?" Mata Danang melihat alat-alat yang belum pergi dari tubuh Garen.
"Lebih sakit waktu gue terpaksa tidur Mas. Dan mendengar kalian lalu lalang tapi gue nggak bisa ngomong. Hanya diam saja."
Mereka diam sejenak.
"Gue mau minta maaf. Gue merepotkan kalian semua. Mama bilang bahkan lo seminggu sekali balik dari Bandung ke Jakarta cuma untuk lihat gue."
Danang menggelengkan kepalanya. Satu tangannya menyentuh pipi Garen lembut.
"Nggak usah dibahas, udah lewat."
"Lo apa kabarnya Mas?"
"I never been better. Gue pikir, semua orang merasa begitu sekarang." Tangan Danang turun dari pipi ke jemari Garen dan menggenggamnya perlahan.
Garen mulai sedikit gelisah. Dia masih ingat benar apa yang Danang ucapkan dan lakukan sebelum pertempuran itu. "Mas..."
Danang menggeleng, seperti mengerti apa yang akan Garen ucapkan. "Lo udah tahu apa yang gue rasa buat lo Ru. Gue udah pernah bilang." Danang menghembuskan nafasnya perlahan. "Dan...gue udah tahu apa yang lo rasa untuk gue. Gue cukup dewasa untuk paham tanpa lo harus bilang."
Garen diam saja. Matanya menatap Danang sedih. "Gue...sayang sama lo sebagai kakak gue Mas. Maafin gue."
Danang terkekeh miris. "Gue barusan bilang ke elo kalau lo nggak usah bilang apapun. Gue ngerti kok. Sekarang gue berasa beneran ditolak nih sama anak SMA konyol yang kerjaannya berantem, sahabat dari adik gue dan satu-satunya cewek yang gue kenal paling berani diantara semua cewek lainnya."
"Maaf."
Danang tertawa lagi. "Gue akan maafin lo kalau lo nggak pasang tampang bersalah begitu."
"Ya abis gimana dong. Maafin gue ya Mas."
"Stop bilang-bilang maaf begitu Ru." Danang tambah tertawa geli dan itu juga membuat Garen tertawa.
Setelah tawa mereka reda. Danang berujar lagi.
"Sudah stop semua hal yang bodoh-bodoh dikepala. Anak-anak sudah insyaf semua tuh. Gue tunggu lo di kampus gue? Kalau lo mau ambil teknik paling bagus disana. Gimana?"
Garen mendesah kesal. "Aaahhhh...gue harus ngulang satu tahun sementara anak-anak udah nggak ada. Bahkan si Gesang bisa lulus coba. Dia nyontek sama siapa sih Mas?"
Danang tertawa lagi. "Pikirin yang bener cita-cita lo mau jadi apa? Satu tahun bukan buat leyeh-leyeh dan tawuran lagi."
"Sok tua lo Mas. Dulu kan kita begini karena lo yang ngajarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys
RandomIni kisahnya Nagaren, Gesang dan Aryan. Tiga sahabat yang tidak terpisahkan. Juga ditambah dengan anggota Bad Boys lainnya. Jalinan kuat persahabatan yang diwarnai dengan rahasia-rahasia, tentang cinta, tentang luka, tentang apa arti pengorbanan, te...