Part 25 - Kenangan

429 83 25
                                    

Bel itu berbunyi. Tanda seluruh ujian kelulusan sudah berakhir. Tanda semua proses belajar mengajar untuk kelas 12 sudah selesai. Tanda bahwa mereka tidak perlu mengerjakan tugas sekolah lagi, atau PR atau project sekolah. Lalu tawa-tawa itu terdengar. Dari ruang-ruang kelas. Disusul dengan siswa-siswa yang berhamburan keluar. Tertawa, gembira, bahkan ada yang berlari berkejaran.

Mereka bertemu didepan kelas Garen. Selalu disana. Duduk pada bangku-bangku di pinggir lorong atau hanya berjongkok di pinggir-pinggirnya saja. Dan semua teman-teman mereka seolah mengerti dan tidak ingin mengusik mereka. Kali ini, setelah sebagian isi penduduk kelas Garen pergi, mereka masuk. Menyusul Aryan yang sudah duduk di bangku Nagaren entah berapa lama. Gesang menepuk pundaknya.

"Gimana? Bisa?" Ujar Aryan padanya.

Gesang tertawa. "Untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue belajar serius. Dan ternyata matematika itu lebih unik dari Kaliki. Sekalipun aku tetep lebih sayang kamu Ki." Gesang mengedipkan satu matanya pada Liki yang tertawa.

"Kita kesana aja yuk. Laporan. Kasih berita bahagia kalau Dedi akhirnya punya pacar." Suasana langsung riuh saja dengan tawa dan canda.

Mereka sudah bangkit lagi dan mulai berjalan. Delapan sahabat Garen. Masih setia menunggu gadis itu bangun.

"Lo serius Yan? Mama gue seneng banget dengernya." Ujar Gesang saat mereka mendekati lapangan parkir.

"Semua proses admin sudah jalan Ge. Gue nggak akan mundur, sesulit apapun. Gue lagi usahakan jalur khusus. Beasiswa. Biar nyokap bokap nggak terlalu berat. Lo tahu biayanya kan?"

Gesang tertawa. "Orangtua lo banyak duit bego. Tenang aja. Jadi, mesti manggil lo apa nih sekarang. Calon Dokter Aryan?"

Aryan terkekeh. "Berlebihan lo. Geli gue dengernya. Ketemu disana ya." Aryan yang sudah naik di motornya memasang helm.

Sepanjang perjalanan pikirannya berkelana. Masih ingat benar, bagaimana rasanya ketika tangan Garen yang memeluknya dari belakang ketika mereka berkendara.

***

Sebulan kemudian

Mereka duduk diam didalam ruang meeting rumah sakit yang dipinjam oleh Danang. Semua ada, semua hadir, semua....menunduk lesu. Danang menatap sahabat-sahabat Garen. Dia juga sedih, sama terlukanya, sama hancurnya. Sekalipun dia tidak dengan gamblang menunjukkan. Karena jika dia mulai terlihat rapuh, bagaimana dengan yang lainnya. Begitu kata Karin padanya semalam.

"Ini sudah delapan bulan." Dia membuka suaranya. "Kalau kata Gesang....eight f**king month. Semua dokter berusaha, kalian berusaha, semua orang berdoa dan mau yang terbaik untuk Nagaren."

Danang menelan salivanya perlahan. Kaliki sudah meneteskan air mata, juga Karin diujung meja. Tapi wajah Karin datar dan tegas sekali, sama seperti dirinya sendiri.

"Fungsi tubuh Garen sudah mulai menurun."

"Masih bisa. Dia masih bisa" Suara Aryan diujung meja sudah bergetar.

"Diam. Kalian harus tahu, kalau Garen juga tersiksa seperti ini. Paham?"

"Dia masih bisa!!" Aryan sudah berdiri saja.

"Maaf Mas. Gue ikut Aryan kali ini." Gesang juga bersuara.

"Garen menangis, kalian tahu Garen menangis semalam."

Kaliki sudah tidak bisa menahan isakkannya.

"Dia tersiksa dan Mama Garen sudah memasrahkan..."

"Kami nggak, tidak akan!!!" Aryan sudah menggebrak meja. "Tangis itu karena Garen ingin kembali, dia tidak ingin pergi. Dia nggak mau nyerah begitu aja." Dia ingat benar saat gadis itu menangis, karena dia ada disana. Air mata itu meluncur saja, padahal Garen masih tidak sadarkan diri. Kenapa bisa? Apa artinya?

Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang