"Sejak kapan lo ngerokok lagi?" Gesang menghampiri Aryan yang wajahnya kacau sekali.
Mereka berada di salah satu kios makanan seberang rumah sakit malam itu. Alta dan Gesang sangat prihatin dengan kondisi Aryan yang sudah tidak bisa menyembunyikan kekalutannya.
Ini sudah beberapa hari berlalu semenjak rencana mereka untuk membangunkan Garen dengan cara bernyanyi. Bukan hanya gagal, tapi sebagai hukuman atas perbuatan mereka Garen dikembalikan ke ICU dan sama sekali tidak boleh ditengok. Untung saja murka mama Saras bisa diredam oleh Om Reyn papa Gesang. Jadi tidak perlu ada yang masuk penjara.
Tapi Aryan sungguh merindukan Nagarennya, dia sudah hampir gila dan marah. Dia menyalahkan dirinya sendiri, lalu teman-temannya.
"Masih bisa lo nanya begitu?" Mata Aryan menatap marah Gesang.
"Yan, gue nggak pernah bilang kalau rencana itu pasti berhasil." Suara Gesang tegas. "Tapi gue nggak mau diam aja. Dan gue sudah janji kan, kalau gue akan berusaha biar Garen balik ke kamar rawat lagi. Menurut lo, ngapain gue tiap hari kesini?"
"Apa ada gunanya? Apa ada hasilnya? Semuanya??" Aryan sudah berdiri dan berteriak marah. "Yang gue tahu dia balik lagi kesana, dan semua monitor sialan itu berbunyi aneh banget waktu kita bikin ulah gila. Gue bahkan nggak tau gimana kondisi Nagaren sekarang."
Gesang yang memang sumbunya pendek juga sudah tersulut api. Dia berdiri dengan wajah murka yang tidak ditutupi.
"Menurut lo gue mau Garen begini? Garen itu sobat gue dari awal, gue sayang dia lebih dari lo sayang sama dia. Menurut lo gue nggak mau gila hah?" Gesang sudah mendorong tubuh Aryan.
Alta langsung melerai. Boy yang baru saja datang juga ikut menengahi.
"Jangan lo pikir kalau lo doang yang menderita karena cinta lo yang bullshit itu. Gue sayang Garen jauh sebelum dia kenal lo. Apa ingat dia terluka karena elo hah? Brengsek!!"
Aryan berhasil maju dan memukul wajah Gesang. Hatinya nyeri sekali, dia marah, terluka, bingung juga sedih sekali. Tangan kuat Alta sudah menariknya karena Gesang juga membalas.
"Gila kalian, sinting. Udah-udah." Boy dan Alta menarik dua kawannya itu menjauh.
"Gue nggak perduli kalau rencana kemarin gagal. Tapi gue akan lakukan seribu cara lainnya buat bikin Garen bangun. Bukan diam aja duduk kayak orang bego!!" Gesang masih berteriak marah sementara tubuhnya sudah dibawa menjauh oleh Boy.
***
"Ssshhhh....auw Ru perih." Aryan menatap Garen yang sedang membersihkan lukanya di buku tangannya.
"Lenjey lo, kayak cewek." Wajah Garen mendongak menatapnya. "Sini yang di leher juga mesti dibersihin."
"Nggak usah, nanti aja."
"Nanti infeksi bego. Cepetan sini nggak?" Garen menatap Aryan dengan ekspresi mengancam.
Sebenarnya tidak masalah soal perih pada lukanya, tapi masalahnya posisi mereka yang berdekatan begini. Tangan Garen sudah mulai membuka kancing kemeja sekolahnya terburu-buru.
"Ru, apaan sih Ru." Ujar Aryan risih sendiri. Wajah Garen yang dekat, rambutnya yang sedikit berantakan karena habis melepas helmnya juga tatapan gadis itu membuat jantung Aryan sama berantakannya. Dan dia paham benar menyusun kembali yang berantakan itu susah sekali, ini soal hati.
"Jangan GR, gue jitak nih. Gue cuma nggak mau luka lo infeksi." Garen tidak perduli dan terus saja membuka kemeja Aryan dan menanggalkannya sambil terus mengomel juga. "Baju lo juga kotor deh Yan, terus ngapain sih lo pake berantem sama Dito? Rebutan Diana? Apa lo nggak ada kerjaan lain dari..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys
De TodoIni kisahnya Nagaren, Gesang dan Aryan. Tiga sahabat yang tidak terpisahkan. Juga ditambah dengan anggota Bad Boys lainnya. Jalinan kuat persahabatan yang diwarnai dengan rahasia-rahasia, tentang cinta, tentang luka, tentang apa arti pengorbanan, te...