Gadis berambut coklat panjang dengan setelan seadanya, berkali-kali memandang sebuah ruangan tertutup yang cukup lama tak terbuka. Sesekali pandangan mata almond-nya memandang kearah beberapa wanita muda sebayanya yang tampil 'memukau'. Berbeda sekali dengan dirinya yang tampil begitu sederhana. Lalu gadis muda itu menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir semua pikiran buruknya yang selalu membandingkan dirinya dengan orang lain.
'Tidak. Tidak boleh. Kau tidak boleh melakukannya. Kita sudah seringkali berdiskusi tentang hal ini dan kita telah saling menerima jadi tidak ada pembandingan lagi' kata gadis muda itu pada dirinya sendiri dalam hatinya.
Suara gesekan pintu dan lantai marmer yang baru saja berbunyi, membuyarkan lamunannya. Pandangannya kembali tertuju pada ruangan yang kini telah terbuka. Seorang wanita yang cantik tentunya baru saja keluar dari ruangan yang sedari tadi dipandanginya, dengan wajah lesu. Tidak seperti ketika dia melangkah masuk kedalam ruangan tersebut.
Kekhawatiran kembali menyelimuti gadis muda berwajah lebih muda dari usianya itu. Apalagi ketika nama yang disebutkan berikutnya bukanlah namanya.
Dentingan jarum jam memenuhi benaknya. Waktu berjalan sangat lama baginya. Setelah satu persatu nama disebutkan dan tinggal dirinya-lah yang belum dipanggil.
Ini bukanlah interview kerja pertamanya tapi setiap kali dia menerima panggilan interview, pikirannya selalu berkecamuk dengan segala pemikiran. Terutama ketakutannya untuk ditolak bekerja ditempat yang diinginkannya.
"Samantha Clark!"
Gadis muda itu mengerjap-ngerjapkan matanya begitu namanya dipanggil. Dengan langkah yang cukup kerepotan, dia membetulkan letak setelan yang dipakainya agar terlihat serapi mungkin.
"Bisakah kau lebih cepat? Lagipula tidak ada yang berubah darimu." Wanita berparas luar biasa cantik yang baru saja memanggil namanya, kini menatapnya dengan enggan.
Samantha sedikit menundukkan kepalanya tapi dia segera kembali mengangkatnya naik. Berjalan pelan melewati wanita yang memandanginya seolah dia adalah virus yang harus dihindari.
Jarak antara tubuh Samantha dengan pintu ruangan si direktur sebenarnya tidak terlalu jauh tapi seolah langkahnya tak juga mencapai pintu ruangan itu.
"Duduklah!" Wanita yang tadi memanggil namanya memerintahkan Samantha duduk dikursi didepan meja bosnya. "Mr. Winston sedang menerima telepon."
Samantha hanya menganggukkan kepalanya lalu wanita itu keluar dari ruangan direktur. Banyak pikiran yang masih memenuhi pikirannya tentang cara seleksi karyawan diperusahaan Winston Corp. Bukan bagian resources yang menyeleksi karyawan melainkan direktur utama, Mr. Xavier Winston sendiri yang turun tangan.
Winston Corp, perusahaan yang bergerak dibanyak bidang industri. Awalnya hanya bisnis jam tangan yang kemudian mendunia. Model dan merk yang telah mendunia dengan milyaran dolar omset sebulan. Lalu merambah ke bisnis departement store dan kacamata fashion. Begitu sedikit informasi yang Samantha dapatkan dari mesin pencari google.
Lagi-lagi Samantha menunggu cukup lama. Banyaknya pikiran yang bergelut dalam benaknya membuat lupa untuk mengagumi keindahan ruangan calon bosnya.
Warna hitam metalik mendominasi ruangan kerja Mr. Winston. Hampir semua furniture memiliki desaign elegan nan megah. Tidak banyak kursi atau meja diruangan ini. Banyak sela kosong yang membuat ruangan besar ini terlihat lebih besar dari kelihatannya.
Dibeberapa bagian dinding menampilkan sejumlah besar foto jam tangan keluaran Winston Corp serta rating penjualan yang dimiliki tiap tipe jam tangan diseluruh dunia. Juga beberapa tipe kacamata yang harganya bisa dibanderol dengan ribuan dolar. Rata-rata semua masuk dalam lima besar penjualan tertinggi di dunia.

KAMU SEDANG MEMBACA
MagicaLove
RomansBagaimana jadinya jika setiap kata umpatan yang timbul dari kemarahan hati selalu menjadi kenyataan? Samantha Clark, gadis muda yang ceria namun menyimpan kepedihan yang ditutupi dalam-dalam menjadi satu dari salah satu manusia yang beruntung mendap...