"Apa yang bisa aku lakukan jika tak ada dirimu ? Layaknya daun berguguran, jantungku berhenti dan kembali dingin..."
Apakah ini akhir untuk sebuah hubungan yang baru saja ingin ia jalin dengan kesungguhan ? Atau justru ini menjadi awal dari sebuah hubungan yang tertinggal dimasa lalu ?
Yuri baru saja kembali ke Seoul setelah perjalan bisnisnya beberapa hari dari Jepang, hal yang ingin ia lakukan saat ini adalah bertemu dengan wanita yang menjadi pujaan hatinya sejak lama dengan seorang gadis kecil yang akan meluluhkan hati setiap orang yang akan melihatnya.
Yuri membeli beberapa buah tangan yang telah ia siapkan untuk pujaan hatinya tersebut, ia segera menaruh buah tangannya dikursi belakang dan segera pergi dari bandara internasional Incheon...
"Oddiga ?"
"Aku berada dikantor Yul..."
"Apa kau tengah sibuk saat ini ?"
"Anio, aku baru saja ingin menjemput Irene dan pergi makan siang dengan Bora..."
"Bolehkah aku ikut bergabung ?"
"Kau telah kembali ?"
"Ne..."
"Arraseo, kita bertemu di restoran biasa..."
"Ne..."
Yuri segera mengendarai mobilnya menuju tempat yang biasa mereka kunjungi bersama saat makan siang, tempat favorit Irene untuk makan siang. Mengingat gadis kecil itu membuat Yuri tersenyum simpul, betapa menggemaskannya gadis itu meski sejujurnya ia tak pernah tau siapa ayah kandungnya. Pernah terbesit dalam pikiran Yuri untuk mencari tau siapa sebenarnya ayah kandung dari gadis itu akan tetapi ia mengurungkannya, ia kembali berpikir jika ia mengetahui siapa ayah gadis itu apakah ia masih hidup atau mati seperti apa yang dikatakan Tiffany, apa yang akan ia lakukan selanjutnya ? Ia hanya tak ingin jika apa yang telah ia raih saat ini pergi begitu saja seperti yang ia takutkan.
"Uncle Yul...."
Seorang gadis berlari menghampiri Yuri yang kini tengah duduk disebuah restoran menunggu kedatangan mereka.
"Uncle merindukanmu princess..."
"Me too uncle..."
"See...uncle membawakan sesuatu untukmu."
"Ige mwoya...?"
"Kau bisa membukanya saat dirumah princess.."
"Jangan memanjakannya Yul..." ujar Tiffany yang melihat kedekatan Yuri dan Irene
"Ania, aku bahkan jarang sekali memberikan dia sesuatu. Aku hanya ingin memberikannya oleh-oleh kecil..." jawab Yuri tersenyum melihat wajah gadis itu tampak sangat ceria. "Kajja kita makan siang terlebih dahulu. Kau pasti sangat lapar kan sayang..?" Ujar Yuri menatap Irene
"Ne..."
Seorang pria terlihat tampak kacau saat ini didalam apartemennya, setelah perdebatannya dengan Jessica malah itu ia benar-benar terlihat kacau. Ia benar-benar ingin memulai semuanya dari awal dengan wanita itu akan tetapi semuanya tak sejalan dengan apa yang ia harapkan bahkan Jessica pun kini menghilang seolah ditelan bumi. Ia tak dapat menghubungi wanita itu bahkan setiap ia pergi ke rumah maupun kantornya ia tak menemukan wanita itu.
"Arggghh....."
Prankkk...
Sebuah gelas hancur berkeping-keping sesaat setelah pria itu melemparnya ke dinding. "Waeyo Sica wae...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Hurt
General Fiction"Mencintaimu adalah hal yang menyakitkan. Perasaan yang tak dapat aku hapus, suatu perasaan yang menyedihkan." Ketika sebuah perasaan cinta bertarung dengan keegoisan hati. Siapakah yang akan menjadi pemenangnya ?