Hallo, semuanya. Thisismikasa. Apa ada yang nunggu cerita ini?
Syukur banget kalau ada yang nunggu :')
Karena beberapa minggu terakhir ini aku harus menempuh ujian yang buat pening kepala, ditambah lagi laptop yang isinya file cerita ini lagi rusak, jadinya cerita ini lama banget untuk di up lagi. Huhuhu
Tapi, aku bakal usahain up dengan teratur, okey? Now, enjoy the story
.
.
.
.
.Hujan deras entah kenapa senang sekali turun dengan tidak terduga akhir-akhir ini. Hujan itu menyenangkan, tapi tidak dengan terjebak hujan. Menunggu di emperan toko dengan butiran hujan yang selalu menyiprat dan membasahi kaki, melihat pasangan mesra yang saling berbagi payung dan menghangatkan satu sama lain, mendengar umpatan orang-orang yang terpaksa terhambat kegiatannya, Haechan tidak suka. Dia benci itu. Dia benci situasi seperti itu. Situasi seperti saat ini.
"Kalau begini terus, nanti Jisung khawatir." Gumam ibu satu anak itu, sembari menengadahkan tangannya di bawah talang air. Tangannya basah kuyup seketika.
Haechan keluar rumah untuk mengambil barangnya yang ketinggalan di kediaman Wong saat kunjungannya menemui Jungwoo tadi siang. Dia tidak izin kepada anaknya, karena pemuda 15 tahun itu sedang keluar membeli camilan. Pikirnya tidak akan lama, tetapi karena hujan ini, sekarang dia khawatir putra kebanggaannya itu akan pusing mencarinya.
"Anak itu akan nekat menerobos hujan kalau tidak menemukanku di rumah."
Haechan menghela nafasnya pelan. Yang dia punya saat ini hanyalah coat dongker pemberian Jisung kecilnya ketika mendapatkan hadiah karena memenangkan olimpiade sains beberapa bulan lalu. Sepertinya memang tidak ada jalan lain.
"Lebih baik aku yang kehujanan daripada bocah itu." Haechan membuka coat-nya dan langsung berlari menerobos hujan. Tou ruko mungilnya sudah bisa dilihat dari sini
.
.
.
.Jisung turun ke toko ibunya. Seingat dirinya, setelah pulang sekolah tadi ia membantu ibunya menjaga bakery mereka, karena Jihoon- noona, salah satu karyawan ibunya harus menghadiri sidang skripsi kekasihnya. Dia menjaga toko sembari men-charger ponselnya. Berarti charger itu masih tertinggal di sini.
"Ketemu!" Ujarnya senang.
Drap Drap Drap
Jisung terdiam. Suara apa itu? Seperti suara orang yg sedang terburu buru menaiki tangga.
"Apa Mommy, ya?" Gumamnya.
"Oh ya, kemana Mommy pergi?"Dia akan mencari ibunya jika nanti ibunya tidak kunjung pulang. Sangat berbahaya di luar sendirian, apalagi saat hujan deras begini. Ibunya itu imut walaupun sudah di pertenghan usia 30. Bisa bisa dia di culik karena dianggap masih anak SMA.
Sementara itu, di dalam kediaman keluarga kecil Lee, sepasang anak adam sedang termangu seperti orang yang kehilangan akal. Tidak ada hal lain di pikiran mereka, selain rasa keterkejutan. Perlahan, ketakutan melanda Haechan yang baru saja masuk ke dalam rumah mungilnya yang langsung disapa oleh kehadiran manusia bejat yang ia bersumpah tidak ingin ditemuinya sepanjang hidup. Dan bagaimana bisa, si bedebah tidak berhati ini ada di sini?
"Kau-"
Dengar? Bahkan hanya dengan mendengar suara baritone itu, hati Haechan sudah teriris. Bagaimana tidak? Suara itu, suara mimpi buruknya sejak 15 tahun lalu, kini kembali terdengar sangat nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Pain [MarkHyuck (GS)]
Fanfiction"Kau lelaki bejat!" Lee Haechan, 18 tahun. "Ambil uang ini dan menjauhlah dari jangkauanku." Mark Lee, 20 tahun. ---- "Sepanjang hidupku, aku tidak pernah ingin tahu siapa ayah kandungku. Aku tidak peduli dengan orang yang seenaknya meninggalkan ibu...