Ini tumben banget sih publishnya pagi-pagi kek gini. Biasanya selalu lewat tengah malam. Pada sadar ga sih? Enggak? Ya udah, gapapa.
Ngalong soalnya.
Gapapa ya :'D
Enjoy it
.
.
.
.Kafe sudah tidak lagi ramai. Pengunjung sudah pulang, begitu pun dengan para pekerjanya. Tapi agak berbeda hari ini. Walaupun semua kursi sudah dinaikkan dan tanda close sudah ditampilkan di depan pintu, tapi lampu kafe masih menyala terang.
Seorang lelaki berkemeja rapi masih menempati meja di dekat jendela. Pandangannya mengamati seisi kafe yang berbeda sekali kalau sudah tutup begini. Sepi dan dingin.
Bibirnya menyunggingkan senyum senang ketika seorang wanita berapron datang dengan membawa sepotong red velvet yang tersaji cantik di atas piring kecil.
"Ini ucapan terima kasihku. Nikmati red velvet-nya, Hendery-ssi. Baru kupanggang sore tadi."
"Terima kasih, Haechan-ssi."Lelaki itu, Hendery, tersenyum makin lebar, kemudian mengambil potongan besar kue dan melahapnya.
"Wah~ ini benar-benar enak. Cita rasa rumahan yang selalu orang rindukan. Aku seperti memakan kue buatan ibuku."
Puji Hendery membuat Haechan merona. Dia tahu banyak orang yang menyukai kue di bakery-nya, tapi mendapat pujian langsung seperti ini rasanya berbeda.
"Katakan saja kalau kau mau tambah lagi, Hendery-ssi. Masih banyak di dapur." Hendery mengangguk.
"Selain disini, kafemu ada dimana lagi, Haechan-ssi?"Haechan menggeleng, "Aku belum membuka cabang. Kafe ini bahkan baru berdiri dua tahun."
Hendery menampilkan mimik terkejutnya.
"Sungguh? Kau harus membuka cabang di tempat yang lebih ramai, Haechan-ssi. Cecille Street masih termasuk daerah pinggiran kota. Bukalah di pusat kota."
Haechan mengangguk, "Akan aku pikirkan nanti."
"Kalau kau mau, kita bisa bekerja sama."
Hendery mengeluarkan kartu namanya dan langsung menyerahkannya ke Haechan. Dengan ragu jemari Haechan mengambilnya dan membacanya sesaat. Matanya mengerjap tidak percaya dan itu sesuai dengan reaksi yang diharapkan Hendery.
"Aku tidak tahu kalau kau adalah CEO YV Inc."
Hendery tertawa.
"Kau tidak menyangkanya karena seharian ini aku terlihat seperti pengangguran, ya?"
Haechan menggeleng cepat. Memang sih dia sempat kepikiran begitu.
"Aku hanya berpikir kau punya banyak waktu luang." Jawab Haechan.
"Harusnya aku bertemu client-ku disini hari ini. Aku sudah menunggunya lama, tapi dia tidak juga datang. Dia tidak memberi kabar sampai sekarang. Aku penasaran apa yang sudah terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Pain [MarkHyuck (GS)]
Fanfiction"Kau lelaki bejat!" Lee Haechan, 18 tahun. "Ambil uang ini dan menjauhlah dari jangkauanku." Mark Lee, 20 tahun. ---- "Sepanjang hidupku, aku tidak pernah ingin tahu siapa ayah kandungku. Aku tidak peduli dengan orang yang seenaknya meninggalkan ibu...