Enjoy it
.
.
.
."Pulang jam berapa nanti?"
Anak muda di bangku penumpang depan diam menerawang.
"Ada kelas malam. Paling lambat aku akan pulang jam 8."
"Malam juga, ya. Aku akan menjemputmu nanti, jadi jangan pergi kemana-mana."
"Bukannya Ahjussi harus kerja?"Supir dengan setelan rapih itu terkekeh, "Jam segitu sudah jam pulang kerja. Lagipula aku tidak harus lembur hari ini."
"Gweanchanayo, Ahjussi. Aku masih bisa naik bus. Kalau terlalu malam, aku akan naik taksi ke rumah sakit."
"Tidak boleh." Lelaki lebih tua menjawab dengan tegas, "Aku tidak mau kejadian-kejadian kemarin terulang lagi. Kalau sesuatu terjadi padamu, ibumu akan sedih. Jadi, tunggu aku sampai datang menjemputmu. Jangan kemana-mana."
Jisung mengerjap. Mau protes? Inginnya sih begitu. Tapi, bagaimana dia harus menjabarkan apa yang dia rasakan sekarang? Hatinya mengatakan untuk tetap diam dan patuh.
"Nde, Ahjussi."
Mobil itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah Jisung. Belum terlalu ramai. Memang tadi Jisung yang merengek untuk pergi sekolah lebih pagi. Katanya mau mengambil materi. Ada-ada saja alasannya.
"Bersenang-senanglah di sekolah."
Jisung mengangguk semangat ketika mendapat tepukan halus di puncak kepalanya. Dia tidak pernah merasakan ini, hal baru yang sangat menyenangkan.
"Ahjussi juga semangat kerjanya!" Jisung tersenyum lebar dan menutup pintu. Dia melambai dari luar, kemudian berlari masuk ke gedung sekolah.
Setelah memastikan Jisung benar-benar masuk ke gedung sekolah, barulah Mark meninggalkan kawasan sekolah tersebut.
Di luar dugaan, lima menit setelah kepergian Mark, sebuah kepala menyembul dari balik pintu gedung. Rambut kelabu dan mata hitam itu memperhatikan sekitar. Setelah merasa aman, dia berlari cepat meninggalkan sekolah dan menuju toilet di minimarket 24 jam terdekat
"Aku harus memastikannya sendiri."
Dengan tergesa, Jisung mengganti seragamnya dengan baju biasa. Dia sudah mempersiapkan semua ini. Dia harus pulang ke rumah sebelum pukul 9. Karena di jam itu, Seokmin dan Jisoo pasti akan bersiap-siap membuka kafe. Dia enggan direcoki dengan pertanyaan.
"Di rumah pasti ada petunjuk. Akan kucari sampai dapat." Gumam Jisung kemudian menaikkan maskernya.
Setelah selesai, dia kembali keluar dan langsung menyetop taksi. Sepanjang perjalanan, pandangannya nampak menerawang. Dia penasaran dengan semuanya, tapi di lain sisi, dia takut dengan kenyataan yang akan dia terima.
"Syukur mereka belum datang." Katanya ketika melihat tirai kafe masih tertutup.
Jisung menekan kombinasi angka sebagai password rumahnya. Tempat yang pertama dia hampiri adalah kamar ibunya.
Krek
"Sialan benar. Kenapa dikunci, sih?" kesalnya.
Kuncinya pasti dibawa ibunya. Jisung berbalik dan melihat seluruh isi rumahnya. Tidak ada cara lain selain membuka paksa. Dia akan membobol pintu kamar ibunya. Jisung berlari ke dapur dan mengambil sumpit.
"Aku pernah melihat tutorialnya di youtube. Beberapa idol juga pernah mencobanya. Pasti berhasil, kan? Harus!"
Dia mulai memasukkan ujung sumpit yang lebih ramping ke dalam lubang kunci. Menggerakkannya beberapa kali disertai dengan putaran. Setelah lima menit mencoba,
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Pain [MarkHyuck (GS)]
Hayran Kurgu"Kau lelaki bejat!" Lee Haechan, 18 tahun. "Ambil uang ini dan menjauhlah dari jangkauanku." Mark Lee, 20 tahun. ---- "Sepanjang hidupku, aku tidak pernah ingin tahu siapa ayah kandungku. Aku tidak peduli dengan orang yang seenaknya meninggalkan ibu...