Peringatan!
Chapter ini mengandung konten tindak kekerasan dan penganiayaan.
Bagi pembaca yang belum cukup umur, belum bisa membedakan mana yang baik dan benar, mana yang bisa ditiru atau tidak, silahkan skip chapter ini.
Sekali lagi, sarat akan tindak kekerasan. Tidak untuk ditiru!
Diharap pengertiannya.
Ini hanya fanfiction, cerita fiktif belaka, segala yang terjadi di sini tidak ada ada sangkut pautnya dengan dunia nyata.
Terima kasih.
Now,
Enjoy it
.
.
.
.Hendery masih berdiri di ujung tangga. Senyumnya merekah senang melihat Mark dan Jaehyun yang hanya bisa mematung di tempat mereka.
"Siap mati?" Tanya Hendery.
Jaehyun tersenyum, "Kau bertanya pada kami?"
"Memang siapa lagi?"
Jaehyun bergedik, "Tidak tahu, mungkin Mingyu."
Hendery mengerut, "Apa maksudmu? Kenapa jadi Mingyu?" Tanyanya Heran. Jaehyun hanya bisa tersenyum misterius, sementara Mark menatap horor lelaki di samping belakang Hendery.
"Tu-tuan.." suara terbata terdengar. Hendery menoleh. Matanya melotot melihat Mingyu yang sudah jatuh tersungkur dengan tiga buah belati di punggungnya. Dia bahkan sudah batuk berdarah dengan tubuh mengejang dijemput ajal.
Seorang lelaki lainnya berdiri di sana dengan belati yang penuh darah. Dari kegelapan, dia berjalan mendekat. Mata tajam, wajah datar dan galak. Auranya suram dan tidak bersahabat. Pupil kecilnya menusuk Hendery.
"Apa dia juga harus kubereskan, Bos?" Tanya lelaki itu tidak jelas pada siapa.
"Tidak perlu. Anjing itu buruanku. By the way, good job, Wonwoo." Puji Jaehyun.
Hendery berdecih, "Keparat ini." Dia tidak sadar kalau Jaehyun ternyata sudah menyusupkan anak buahnya.
Hendery menyalang, "Tembak mereka!" Salaknya pada para anak buahnya.
Suara tembakan silih berganti dengan jeritan pilu. Dalam hitungan detik, mereka jatuh tak bernyawa karena luka tembak di dada. Rahang Hendery mengeras. Matanya mulai bergetar dengan keringat turun membasahi pelipis.
Selesaikah?
Belum.
Di sebrang sana, masih berdiri kokoh Jaehyun dan Mark. Kaki berbalut pantofel sudah basah oleh genangan darah milik penembak jitu Hendery. Sekarang, giliran Jaehyun yang melirik ke sampingnya. Wajah Mark datar tak berekspresi. Mendapati lebih dari dua puluh orang bermasker hitam yang datang entah dari mana, jelas ia bingung.
"Jadi..?" Tanya Jaehyun.
"Mereka orang-orangku. Tidak perlu khawatir."Jaehyun berdecih dengan seringai, "Kau benar-benar mau menyombongkan diri, ya?"
Mark menaikkan bahunya, mengambangi jawaban. Jangan berpikir dia bodoh datang kemari tanpa persiapan. Dia punya anak buah yang tersebar dimana-mana, orang-orang yang selalu siap sedia hanya dengan satu kali perintah. Penembak jitu, snipper, hacker, intel, dokter, peneliti, semuanya Mark punya, dan itu dikelola oleh Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Pain [MarkHyuck (GS)]
Hayran Kurgu"Kau lelaki bejat!" Lee Haechan, 18 tahun. "Ambil uang ini dan menjauhlah dari jangkauanku." Mark Lee, 20 tahun. ---- "Sepanjang hidupku, aku tidak pernah ingin tahu siapa ayah kandungku. Aku tidak peduli dengan orang yang seenaknya meninggalkan ibu...