43

16.7K 1.5K 418
                                    

Hai!

Aku kembali di tengah sepinya malam.

Hohohoho

Emang ini waktu normalku untuk publish, sih. Ehe.

Ya udah, yuk!

Enjoy it



.
.
.
.





Yuta menatap gamang langit-langit apartemennya. Dalam diam pikirannya menerawang akan kejadian yang menimpanya hari ini. Masih lekat sekali rasa duka di hatinya. Setelah sekian lama, Yuta kembali menangis karena kehilangan seseorang.

Saat ini Yuta tengah berbaring di atas karpet. Dia sempat tertidur tadi, tapi tidak lama. Dia tidak bisa tidur nyenyak dalam posisi ditindih seperti ini.

Ditindih? Iya, ditindih.

Yuta melirik sosok Winwin yang terlelap dalam posisi tengkurap di atas tubuhnya. Yuta ingat apa yang terjadi tadi. Dia bukan tipikal orang yang akan linglung dan lupa segalanya setelah menangis atau bangun tidur. Semua perkataan Winwin masih terekam jelas di kepalanya.

Winwin menepati ucapannya untuk tidak pergi dan menemani Yuta. Tapi dia tidak mengira kalau akan ditinggal tidur seperti ini. Mana nyenyak sekali, bahkan wanita itu entah sadar atau tidak sudah menjadikan tubuh Yuta sebagai guling.

"Kau benar-benar tidak meninggalkanku?" Gumam Yuta.
"Kenapa kau baik sekali pada orang asing ini? Tidakkah kau takut akan kuperalat?"

Yuta menghela nafas dalam. Tidak apa. Sekali ini saja. Winwin juga nampak lelah dan sekarang masih pukul dua pagi. Haruskah Yuta membawa Winwin ke kamarnya? Biar lebih nyaman tidurnya?

Yuta mengerjap. Lagi-lagi pikirannya melayang. Selalu saja kalau mau tidur pasti jadi overthinking. Kapan dia bisa tidur dengan nyenyak kalau begitu?

Bicara soal tidur, ini kali pertamanya ada orang yang menginap di apartemennya, terlebih seorang wanita.

Eeeits, jangan mengira Yuta manusia suci yang tidak pernah mencicipi tubuh perempuan. Dia pernah, lumayan sering malahan.

Ayolah, Yuta tetaplah bujangan dengan hormon lelaki normal. Dia juga punya kebutuhan batin dan biologis yang harus dipenuhi. Tapi, dia tidak pernah melakukan itu di rumahnya sendiri. Menurutnya, apartemennya harus bersih dari kejahatan atau hal laknat.

Dan ketika menyadari ada Winwin di sini, saat ini, Yuta merasa ada yang aneh dengan dirinya.

"Seperti bukan aku saja." Gumamnya terheran-heran. Seolah-olah atensi Winwin mampu mengubah pola pikirnya secepat kilat.

Dia melihat Winwin lagi. Masih nyenyak.

"Sumpah, apa dia tipikal orang yang sekali nempel langsung tidur? Tidakkah dia sadar ada di atas badan orang lain?"

Yuta kram. Kalau begini terus sampai pagi, tubuhnya bisa mati rasa. Dia bergerak perlahan untuk melepaskan diri dari Winwin. Setelah berhasil lolos dan melakukan sedikit peregangan, Yuta membopong tubuh kecil itu ke dalam kamarnya.

Kamar Yuta temaram karena hanya diterangi lampu meja, namun begitu wajah Winwin masih nampak bersinar jelas. Seperti rembulan di langit malam. Indah. Bahkan sekarang alih-alih pergi keluar, Yuta malah mendelosor di samping ranjang sambil menikmati melihat wajah Winwin.

Beberapa hari mengenal Winwin, Yuta sedikit banyak tahu soal gadis China ini. Dia hidup melajang dan merantau jauh-jauh dari kampung halamannya di China untuk menuntut ilmu di Seoul.

Untold Pain [MarkHyuck (GS)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang