32

11.5K 1.3K 338
                                    

Sekali lagi. Cerita ini terpublish karena diri ini yang dilanda susah tidur.

Ya ampun, efeknya keseringan begadang tuh ternyata seekstrim ini ya. Padahal pengen tidur cepat loh.

Kalian yang jam biologinya masih bagus, dipertahankan, yaa..

Jangan begadang! Sepenting apapun urusanmu, jangan begadang!!

Ga usah kebanyakan basa-basi lagi, lah.

Enjoy it

.
.
.
.


Dalam situasi seperti ini, kemungkinan terkecil pun harus diperhitungkan. Begitu yang dipikirkan Mark.

"Mark, kami juga tidak bisa menemukan keberadaan Jaehyun dan Hendery."

Kabar itu yang terakhir kali diterima oleh Mark dari Yuta. Mark hanya ingin berjaga-jaga. Bukannya tidak mungkin dua manusia itu mengambil kesempatan melukai dua malaikatnya ketika dirinya tidak berada di sisi mereka.

Kecurigaannya makin besar ketika mendapat laporan dari anak buahnya bahwa keberadaan Jaehyun dan Hendery tidak diketahui semenjak kaburnya Jisung.

"Kau dimana sekarang?" Suara Yuta terdengar dari telpon.

"Aku harus mengecek rumah teman Jisung. Aku punya firasat kalau dia disana. Agak ragu, sih. Tapi apa salahnya mencoba."

Mark makin memperdalam pedal gasnya. Jaraknya dengan rumah Han Ji masih memakan waktu dua jam lagi. Dia harus buru-buru.

"Berhati-hatilah, Mark. Kita tidak--"

Ckiiit

Suara gesekan ban dan aspal terdengar nyaring bahkan sampai ke telinga Yuta.

"Mark, apa yang terjadi?"

Mark tidak langsung menjawab. Dia terdiam. Jika tadi dia tidak buru-buru menginjak rem, sudah dipastikan dia akan menabrak mobil yang tiba-tiba menyalip dan menghalangi jalannya. Hampir nyawanya melayang.

Mark terdiam sejenak, berusaha mengembalikan nyawanya. Tunggu, dia kenal mobil itu.

"Mark, bicara padaku! Apa yang terjadi?"

Mark masih tidak menjawab panggilan Yuta. Di masih terfokus pada mobil tersebut. Bahkan, pengemudinya sudah keluar dari sana. Rahang Mark mengeras. Dia meremat stir mobil sampai ujung jarinya memutih.

Seorang lelaki bersetelan hitam berjalan menghampiri mobilnya. Wajahnya datar tak berekspresi dan helaian surai lebatnya melambai mengikuti angin. Dia mengetuk jendela mobil Mark.

Smirk Mark terlihat. Dia menurunkan kaca jendelanya hingga setengah. Lelaki itu tersenyum miring dengan pandangan kosong.

"Lama tidak berjumpa, Mark Lee." Sapa orang itu.

"Jung Jaehyun?" Bukan, itu bukan Mark. Melainkan pekikan Yuta yang ikut mendengarkan suara tersebut.

Sadar bahwa ada suara lain yang menyahut, lelaki itu -Jaehyun- balas menyapa, "Yuta, ya? Bagaimana keadaanmu? Sudah sembuh?"

"Bajingan, Jung Jaehyun! Mau apa kau, hah?" Teriak Yuta.

Tidak menggubris Yuta, Jaehyun beralih menatap Mark yang masih berusaha menganalisis dirinya.

"Kau mencari Lee Haechan, kan?" Tanya Jaehyun.
"Apa kau ikut campur?" Mark balik bertanya.

Jaehyun menggeleng, "Sayangnya kali ini tidak. Atau mungkin, hampir." Mark menaikkan sebelah alisnya, "Kau tahu dia dimana?"

Untold Pain [MarkHyuck (GS)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang