Enjoy it
.
.
.
.Jisung berlari mengikuti brankar yang membawa ibunya. Dia menyamakan langkahnya, seolah tidak mau ketinggalan oleh suster dan dokter yang mendorong brankar Haechan. Air matanya tumpah dan mulutnya tidak henti memanggil-manggil Haechan.
"Mommy, bertahanlah. Mommy, aku disini. Kumohon bertahanlah." Suara Jisung bergetar ketika tidak mendapati pergerakan ibunya.
Suster terus merapatkan kasa yang membalut punggung tangan Haechan, tempat yang sama dimana jarum infus Haechan semula berada. Naasnya, jarum infus beserta botolnya sudah tidak lagi ada di sana, tergantikan oleh lelehan darah yang keluar hingga menetes membasahi ubin rumah sakit.
"Silakan tunggu di luar." Suster menahan Jisung yang hendak mengekor ke dalam kamar rawat.
"Mommy! Mommy!"
Jisung memberontak, namun dengan cepat tubunnya kembali ditahan oleh Mark.
"Ibumu akan baik-baik saja."
Mendengar suara itu, tubunya tiba-tiba membeku. Wajah Jisung berubah marah. Matanya memerah dengan tangan terkepal kuat. Dengan sekali sentakan dia melepaskan diri dari rengkuhan Mark.
"Berani sekali kau!" Suaranya menggema di lorong rawat VVIP.
"Berani sekali kau menyakiti ibuku, brengsek!" Jisung sudah hendak melayangkan tinjunya, namun dengan tangkas ditahan oleh Mark.
"Tenangkan dirimu, Jisung." Ucap Mark berusaha lembut. Karena sejujurnya, emosinya sekarang ini juga sedang tidak stabil.
"Tenangkan diri? Aku? Bagaimana aku bisa tenang kalau melihat kau dan perempuan itu menyakiti ibuku?" Bentak Jisung.
"Kau salah paham."
"Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri. Dan kau masih bilang itu salah paham?"
"Iya, itu salah paham. Itu tidak seperti kelihatannya."
"Tunanganmu menampar ibuku! Dan kau bahkan mendorong ibuku sampai jarum infusnya terlepas! Tidakkah kau sadar hampir membuat trauma baru lagi untuk ibuku?"
"Kau salah, dia bukan tunanganku!" Teriak Mark. Dia sudah gemas, tidak terima juga.
"Kau masih mau mengelak, Mark? Aku bahkan secara khusus dipilih oleh orang tuamu, kita punya cincin yang sama, dan sebentar lagi akan menikah, dan kau masih tidak mengakuiku? Perlu kukatakan apa yang sudah terjadi beberapa hari yang lalu di hotel?" Seorang wanita menyahut.
Seorang wanita dengan rambut long wavy berwarna blonde. Dia sedari tadi memperhatikan semua drama yang terjadi dengan raut terluka.
"Diam kau!" Desis Mark pada wanita itu.
Tawa sarkas Jisung meledak.
"Haha, lihat. Apakah kau melakukannya lagi? Sekali lagi dengan perempuan lain?" Tanya Jisung.
"Apa maksudmu?" Tanya Mark balik. Dia menatap heran anak tunggalnya."Aku harap kali ini kau tidak memperkosanya, Tuan Lee. Tapi kelihatannya kalian melakukannya atas dasar suka sama suka. Perempuan itu tidak terlihat terkena trauma seperti ibuku."
Tubuh Mark membeku. Tiba-tiba nafasnya terasa tercekat. Semua yang dikatakan Jisung tadi, apakah mungkin..
"Apa kau--"
"Kenapa? Kau kaget aku tahu semuanya?" Kedua mata itu beradu."Kau kaget aku tahu apa yang sudah kau lakukan terhadap ibuku? Kejadian 16 tahun yang lalu, malapetaka yang membuat ibuku bertahun-tahun hidup dalam trauma, kebrengsekanmu yang sudah dengan teganya memperkosa remaja yang berniat baik menolongmu... Kau rupanya orang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Pain [MarkHyuck (GS)]
Fanfiction"Kau lelaki bejat!" Lee Haechan, 18 tahun. "Ambil uang ini dan menjauhlah dari jangkauanku." Mark Lee, 20 tahun. ---- "Sepanjang hidupku, aku tidak pernah ingin tahu siapa ayah kandungku. Aku tidak peduli dengan orang yang seenaknya meninggalkan ibu...