Enjoy it
.
.
.
.Mark berdiri di luar pintu kamar rawat Jisung. Senyumnya mengembang cerah ketika melihat sepasang ibu dan anak itu saling memeluk memberi kekuatan. Ternyata apa yang dikhawatirkan Mark tidak benar-benar terjadi. Setidaknya, tidak seburuk apa yang dipikirkan Mark.
Mark menceritakan kondisi Jisung pada Haechan. Wanita itu jelas menangis dan marah, tapi Mark berusaha menenangkannya dan memberi pengertian kalau semua sudah selesai. Hendery sudah mati dan mereka harus fokus pada kesembuhan Jisung dan Haechan sendiri.
Selain itu, Jisung dan Haechan juga memiliki supporting system yang lain. Mereka ditemani Winwin, Jungwoo, dan Chenle di dalam sana. Dan tentu saja...
"Sudah senyum-senyumnya?" Suara baritone itu menginterupsi.
Mark memutar matanya dengan malas dan mengambil tempat duduk di samping Lucas. Suami Jungwoo itu duduk bersidekap di luar ruang rawat Jisung.
"Seperti orang gila saja." Cibir Lucas.
Tenang saja. Dia sudah sehat, walau masih pincang dan belum kuat lari atau naik tangga. Kedua lelaki berbeda kebangsaan itu duduk anteng sambil menunggu keluarga mereka selesai berbincang di dalam sana.
"Sembuhmu cepat juga, ya?" Timpal Mark.
"Kau mau aku sakit lama-lama?" Mark bergedik.Mereka saling diam untuk beberapa saat. Canggung sekali. Karena dari awal mereka dipertemukan dalam situasi yang tidak baik.
"Apa rencanamu setelah ini?"
Mark tersenyum, dia paham maksud Lucas.
"Tentu saja menikahi Haechan dan merawat Jisung bersama-sama." Jawabnya mantap.
Lucas menyeringai, "Kh, seperti Haechan mau saja."
"Kalau dia tidak mau, tidak apa. Intinya aku akan tetap berada di sampingnya. Aku tidak akan meninggalkan mereka lagi."
"Kau akan mencari wanita lain untuk dinikahi?" Pancing Lucas.
Mark menggeleng, "Kalau itu bukan Haechan, maka aku tidak akan menikah sampai kapan pun."
"Naif sekali." Ejek Lucas, "Apa kau hanya akan 'kumpul kebo' atau main rumah-rumahan bersama Haechan?"
Mark mendelik, "Ya tidak begitu juga."
"Makanya, kalau dia tidak mau menikah denganmu, jangan langsung bilang tidak apa-apa. Pasrah sekali kedengarannya. Perjuangkan dia. Dia juga butuh pelindung dan status yang jelas. Mulut tetangga memag kurang ajar, tahunya cuman menggosip hal yang tidak benar."
"Kalau itu juga aku tahu! Aku akan melamarnya setelah ini. Kalau dia terima, akan kulemparkan undangan pernikahan kami tepat di depan muka kingkongmu itu." Balas Mark mengejek.
Lucas tertawa mengejek wajah Mark yang mendadak cemberut. Seperti anak TK, padahal sudah umur 35 dan punya anak bujangan satu. Aneh sekali. Apa tidak malu sama keriput?
Kemudian kembali hening sejenak.
"Kau sudah dengar berita hari ini?" Tanya Lucas. Mark berdeham mengiyakan.
"Semua masalah sudah selesai, bukan? Hanya tersisa Jung Jaehyun." Kata Lucas.
Pandangan Mark mendadak kosong, "Dia sudah meninggal."
Lucas terdiam, sejenak mencerna ucapan Mark, "Maksudmu?"
"Yuta-Hyung menelponku siang tadi. Dia bilang, Jaehyun bunuh diri di rumahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu. Aku hanya mendengar suara tangisan Yuta-Hyung sebelum dia memutus panggilan. Dan sampai sekarang dia belum menjawab panggilanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Pain [MarkHyuck (GS)]
Fanfiction"Kau lelaki bejat!" Lee Haechan, 18 tahun. "Ambil uang ini dan menjauhlah dari jangkauanku." Mark Lee, 20 tahun. ---- "Sepanjang hidupku, aku tidak pernah ingin tahu siapa ayah kandungku. Aku tidak peduli dengan orang yang seenaknya meninggalkan ibu...