Enjoy it
.
.
.
.Bruak
Taeil terlempar menghantam kursi besi yang ada di luar ruang rawat Haechan. Tubuhnya jatuh menyentuh lantai dengan keras akibat dorongan kuats istrinya.
Mengabaikan rasa sakit di muka kulitnya, Taeil buru-buru merangkak dan menahan kaki Doyoung dengan erat untuk menghalau gerakan istrinya yang sedang mengamuk.
Suasana lorong vvip rumah sakit sedang riuh karena dua manusia berbeda gender yang sibuk baku hantam. Atau mungkin cuma satu? Sedangkan satu lainnya susah payah menghindar.
"Baby, Chagiya, Yeobo, Sayang, Moon Doyoung-ku, Doyoung-ah, kumohon tenang dan dengarkan Yuta dulu, ya?"
Segala macam panggilan sayang dengan nada lembut walaupun hati ketar-ketir sudah dikeluarkan Taeil, tapi tangan istrinya masih saja bergerak bar-bar melayangkan tinjuan dan cakaran secara bergantian.
"Oppa jangan ikut campur! Manusia ini harus diberi pelajaran!" Ujar Doyoung berapi-api.
"Aku tidak salah apa-apa, Kim!" Si rambut merah yang sudah mundur terpojok di dinding hanya bisa menjawab dari balik telapak tangan di depan wajahnya.
Hanbin yang tidak tahu apa-apa pun jadi ikut terseret karena Yuta menjadikannya sebagai tameng.
"Nona Doy, tenanglah." Mohon Hanbin sambil berusaha menahan tangan Doyoung. Ingin sekali dia menangis.
"Minggir, Kim Hanbin! Ini bukan urusanmu!" Jerit Doyoung.
"Kau ini kenapa, sungguh?" Yuta balas menjerit.Dia baru saja tiba di rumah sakit, tapi tiba-tiba sudah mendapat serangan random dari Doyoung. Tadinya bahkan lebih parah. Untung saja Taeil berhasil mengamankan pisau yang dibawa Doyoung, kalau tidak mungkin pisau itu yang akan mencakar kulitnya, bukan kuku-kuku tajam Doyoung yang terawat rapi.
Terberkatilah Moon Taeil.
"Okey, sudah cukup." Taeil mulai lelah.
Suara dalam Taeil yang tenang menghanyutkan keluar sebagai peringatan pertama.
Taeil membalik keadaan. Dia mendorong Doyoung dalam sekali hentakan seolah tubuh itu ringan bagai kapas. Dia memepeti istrinya di dinding dan mengukungnya dengan satu tangan. Peringatan kedua.
Mata hitam legam itu menusuk manik mata Doyoung seketika, membungkam cepat bibir istrinya yang tadi sibuk bersumpah serapah. Peringatan ketiga.
Inilah dia, Taeil mengamuk dalam diam.
"Kenapa Baby tidak mau mendengarkan Oppa?" Nafas beraroma mint milik Taeil menyapu permukaan kulit diantara leher dan telinga Doyoung. Respon merindingnya sukses membuat Doyoung kaku.
Bukan Doyoung saja yang dibuat kaku, ternyata Yuta dan Hanbin juga ikut terkena efeknya. Mereka terkejut. Kim Doyoung terpojok?
"Mwoya? Apa-apaan orang ini?" Yuta bisa melihat kalau saat ini Taeil benar-benar mengeluarkan aura alpha-nya. Kuat sekali, sampai seorang Kim Doyoung bahkan tidak mampu berkutik. Bagaimana pun, Taeil dan kedominannya seperti ini terlihat sangat tidak bisa ditumbangkan.
"Jadi ini alasan dia disebut pawangnya Doyoung? Sugoi!"
Telapak tangan besar Taeil yang kasar mengelus pipi Doyoung yang mulai tirus dengan lembut. Kemudian turun dengan jempol menyapu dua bilah bibir plum yang tiap malam selalu beradu dengan bibir miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Pain [MarkHyuck (GS)]
Fiksi Penggemar"Kau lelaki bejat!" Lee Haechan, 18 tahun. "Ambil uang ini dan menjauhlah dari jangkauanku." Mark Lee, 20 tahun. ---- "Sepanjang hidupku, aku tidak pernah ingin tahu siapa ayah kandungku. Aku tidak peduli dengan orang yang seenaknya meninggalkan ibu...