Chapter 1 (Part 1)

70 13 11
                                        


Chapter 1

Sinar mentari menembus ruanganku disertai suara kicauan burung. Aku membuka jendela dan menghirup udara segar di pagi hari. Baru saja aku terbangun dari tidurku, dan aku mendapatkan mimpi yang menarik. Tidak banyak yang kuingat dari mimpi itu, yang kuingat hanya aku berhadapan dengan iblis. 

Aku langsung turun ke lantai dasar menuju dapur. Aku sangat kelaparan. Tadi malam aku tidak sempat makan karena sibuk latihan berpedang dengan ayahku. 

Ya, latihan berpedang sudah menjadi kegiatanku sehari-hari semenjak kecil. Dari pernyataan itu, terdengar jelas impianku adalah menjadi seorang kesatria kerajaan. Tapi, bukan hanya sebagai kesatria kerajaan biasa. Aku ingin menjadi seorang jendral kesatria kerajaan tingkat satu.

Terdapat lima tingkatan kesatria kerajaan. Tingkatan lima adalah tingkatan terendah. Mereka ditugaskan untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah ringan, seperti pencurian , konflik dan permasalahan kecil, kehilangan barang dan lain-lain. Mereka lebih digunakan untuk memenuhi kepentingan warga

Tingkatan empat lebih mengarah untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan tindakan kriminal, seperti contohnya pencurian barang berharga, pembunuhan, pemerkosaan dan lainnya yang sederajat. 

Tingkatan tiga bisa disebut tingkatan yang mulai menangani hal yang lebih serius, seperti pemberontakkan, demonstrasi yang berlebihan, dan lainnya yang dapat mengancam kerajaan secara keseluruhan. 

Dan yang terakhir tingkatan dua dan satu. Mereka adalah tingkatan yang dikhususkan untuk perang. Tugas mereka amat penting, karena merekalah garis pertahanan terakhir jika kerajaan diserang.

Berhubung soal kesatria kerajaan, ayahku juga salah satu dari mereka. Dia adalah jendral tingkatan empat. Saat kecil dulu seringkali aku ikut dengannya ke kantor kesatria pusat di ibukota. Biasanya aku suka menyaksikan kesatria-kesatria lain beradu atau bahasa kerennya "Duel". 

Uniknya, pasukan kesatria kerajaanku, Kerajaan Etharien adalah satu-satunya yang pasukan utamanya memakai senjata yang tidak seragam. Yang paling kuingat adalah satu penyihir berpasangan dengan seseorang yang memakai pedang anggar melawan pemakai kapak perang yang berpasangan dengan pemakai pisau belati. Aku tidak tahu siapa pemenangnya tapi, dari cuplikan duel itu, aku dapat melihat kerja sama yang luar biasa.

Ya, semenjak itulah aku ingin menjadi seorang kesatria kerajaan. Kalau tidak salah, rasa ingin itu muncul saat aku berumur sepuluh tahun. Aku memberitahu ayahku tentang impianku itu. Bukan main, dia langsung senang kegirangan seperti seseorang yang baru memenangkan undian.

 Semenjak umur itu juga ayahku mulai melatihku berpedang. Sudah kira-kira tujuh tahun aku berlatih dengan ayahku. Tapi, tujuh tahun itu masih kurang, katanya. Aku harus menempuh pendidikan yang lebih tinggi. 

Nah, pada saat itulah ayahku mengenalkan kepadaku "Knight's Academy". Akademi kesatria terbaik di seluruh kerajaan Etharien. Dulu, akademi itu hanya berada di ibukota kerajaan. 

Namun, beberapa tahun yang lalu mereka membuka cabang di setiap ibukota daerah. Pada hari inilah aku akan mendaftar kesana. Aku sangat bersemangat.

Saking bersemangatnya, tanpa sengaja aku menggigit bibirku sendiri selagi sarapan. Dan oh, sarapan yang aku makan adalah roti lapis buatan ibuku. Mungkin memang terdengar biasa saja, namun, roti lapis buatan ibuku adalah roti lapis terenak di dunia.

 Ya...itu kata pelanggan-pelanggannya. Ibuku membuka kedai di depan rumah. Tidak jarang di depan rumah terdapat pagar betis yang biasanya kulalui untuk masuk ke rumah. Setelah makan, aku bergegas mandi dan mengenakan pakaian terbaikku.

The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang