Chapter 7 (Part 4)

11 1 0
                                    

"Damien, kumohon sadarlah ...." Ujar seseorang lirih.

Perlahan kubuka kedua mataku. Pandanganku yang awalnya kabur mulai menjadi jernih. Terlihat wajah yang amat tidak asing memenuhinya.

"L-Lucy, kamu baik-baik saja?" tanyaku.

Air matanya yang awalnya sudah menetes sontak menjadi mengalir bak air terjun. Dia langsung memelukku erat, menghiraukan badannya yang kalau tidak salah terluka cukup parah.

"Syukurlah ... akhirnya kamu sadar juga ...." Ujarnya diiringi isak tangisnya.

Aku membalas pelukan hangatnya, "Iya sudahlah, berhenti menangis. Aku baik-baik saja, kok. Tapi, kumohon lepaskan aku. Sakit ...."

"Ah, iya. Maaf maaf." Ujarnya sembari melepas pelukannya.

Dia pun menyeka air matanya. Tepat setelah itu, ayah dan ibuku tiba-tiba datang dari balik pintu.

"Kakak! Kakak sudah sadar?!" sahut ayah dan ibuku kompak.

"I-iya. Untung sa--."

"Ah syukurlah ...! Ibu sempat khawatir sekali." Ujar ibuku sembari memelukku dan membelai kepalaku.

"Iya, kakak juga sempat khawatir."

Ayahku pun menyikut ibuku, mengisyaratkan bahwa dia mempermalukanku di depan Lucy. Aku pun menoleh ke arahnya. Dia hanya tersenyum-senyum sendiri, pura-pura tidak memperhatikan.

"Mana anak itu? Dia sudah sadar katamu?"

Seseorang dari kesatria kerajaan datang, memasuki ruangan ini juga.

"Ah, iya. Dia disini." Ujar ayahku sambil menunjuk ke arahku.

Dia pun menghampiriku dan memeriksaku dengan entah tehnik sihir apa. Sepertinya dia salah satu dari kesatria sihir yang dikhususkan dalam tehnik sihir penyembuhan.

Tepat setelah itu, dia dan ayahku pun menjelasakan semuanya tentang kejadian itu. Mereka bilang Julia Fritz sempat dikabarkan kabur dari penjara beberapa hari yang lalu. Dan, sesuai dari bukti yang didapatkan, dia juga penyebab kematian dari ibunya Mary. Tapi, meski begitu. Mereka belum mengetahui alasan pembunuhan tersebut. Termasuk juga alasan dia ingin membunuhku dan Lucy.

Dia sekarang sudah tertangkap setelah pertarunganku melawannya. Para kesatria penyihir berhasil melacak tenaga sihir yang tidak normal dari rumahku. Merekapun langsung menghampiri rumahku. Setibanya mereka, mereka disambut oleh tiga badan yang tersungkur dalam keadaan sekarat.

Andai mereka tidak datang tepat waktu, aku dan Lucy pastinya sudah tidak mungkin diselamatkan.

Julia Fritz dijatuhkan hukuman mati akibat pencobaan pembunuhan berantai dan mempraktekkan sihir terlarang. Kata-kata terakhirnya sebelum dia dieksekusi adalah, "Jangan percaya dengan kesatria kerajaan."

Entah itu hanya sebuah bualan atau sebuah konspirasi yang dia ciptakan. Pihak kesatria kerajaan masih mencari tahu tentang itu.

"Kenapa dia tidak dibiarkan hidup untuk diinterogasi?" tanyaku.

"Dia terlalu berbahaya. Kalian lihat sendiri kan apa yang dia perbuat pada kalian berdua?" jawab paman kesatria itu.

Aku mengangguk, mengiyakan pernyataannya.

"Ngomong-ngomong, selamat untuk kalian berdua. Bisa dibilang kalian sudah menjadi pahlawan kota ini." Lanjutnya sembari beranjak hendak pergi.

"Oh, dan soal pendidikan kalian di Knight's Academy. Kalian akan dipindahkan ke Knight's Academy pusat untuk tahun berikutnya dan seterusnya. Ini adalah keputusan dari ketua akademi. Kalian berdua tidak bisa menolaknya kecuali kalian ingin keluar dari akademi. Ini demi keselamatan kalian berdua. Disana kalian akan lebih aman, ditambah lagi kalian akan tinggal di dalam akademi." Lanjutnya lagi, menjelaskan lebih detil.

Aku terkejut bukan main. Entah aku harus bahagia atau sedih mendapat kabar ini. Bahagia karena akhirnya aku akan ditempatkan di akademi kesatria terbaik di kerajaan ini. Sedih karena aku harus meninggalkan teman-teman, orangtua, dan kota ini. Oh, dan ditambah lagi. Bukankah biaya disana jauh lebih mahal? Apakah kedua orangtuaku mampu membayarnya?

Aku menoleh ke arah ayah dan ibuku. Mereka hanya tersenyum serta menepuk pundakku.

"Tidak apa-apa. Kejarlah impian kakak." Ujar ayahku, seperti sudah mengetahui apa yang ada di benakku.

"Ibu dan ayah akan selalu disini menunggu kakak pulang nanti. Kakak tidak usah mengkhawatirkan apapun. Masalah biaya pihak kesatria kerajaan yang danai, benar kan?" tanya ibuku ke kesatria itu.

"Betul. Sebut saja sebagai ucapan terima kasih untuk calon kesatria berbakat seperti kalian." Jawabnya.

"Lebih lengkapnya kalian tanyakan saja nanti pada ketua akademi kalian. Saya permisi dulu."

"Ah, baik. Terima kasih banyak." Ujar ayahku.

Aku pun turut mengucapkannya kepada paman kesatria itu. Dia pun membalasnya dengan sebuah senyuman.

Knight's Academy pusat. Bagaimana rasanya menjadi murid disana? Belum pernah terpikirkan olehku akan belajar disana. Segenap rasa penasaran memenuhi jiwa dan pikiranku. Ya, bisa dibilang aku bersemangat dan tidak sabar.

Namun disisi lain, aku akan merindukan orangtua, teman-teman, dan kotaku yang sudah bersamaku semenjak aku lahir. Yah, semoga saja aku bisa mengatasi perasaan rindu itu nanti.

***

Dan kisah ini pun tamat ... tapi boong :v

bisa dibilang ini titik terakhir aku nulis pas dibuku (Sebenernya pas di bagian "Damien, bangunlah. Tapi ya gitu deh, gk pas klo gitu :3)

Novel ini akan berhenti sejenak, setidaknya sampai Synchronization kelar. Mohon bersabar yaa...


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang