"Pffft..." Ah, sial. Aku gagal menahan tawa.
Aku pun tertawa lepas. Ditambah lagi raut wajahnya yang keheranan. Ah, tolong...aku tidak bisa berhenti.
"Ke-kenapa? A-apa yang lucu?" tanyanya heran dengan wajahnya yang masih memerah.
Aku menghela nafas, "Damien, aku hanya bercanda saat di arena tadi. Kamu jangan menganggapnya terlalu serius, hahaha."
"A-apa?! Sialan kau!"
Dia mencekik leherku kesal. Aku masih belum bisa menghentikan gelakkan tawa ini. Ekspresinya benar-benar tak ada duanya. Tapi, apakah dia serius dengan perkataannya?
***Jamie's P.O.V
Hah....hah....tidak kusangka para pengguna kapak perang akan sesulit ini untuk di lawan. Gerakan mereka lebih lincah dari yang kukira. Dan ditambah lagi, aku tidak yakin apakah pedangku bisa menahan serangan mereka. Kekuatan mereka cukup besar, bisa-bisa pedangku patah saat beradu dengan kapak mereka. Aku hanya bisa menghindar, tapi untuk berapa lama lagi?
Aku mencoba untuk menyerang lagi dengan tehnik sihir berpedangku, dan tepat sekali ujung pedangku menabrak bilah kapaknya. Sial! Tanganku kebas karena getarannya. Aku harus segera menemukan titik celah mereka. Kalau tidak, entah berapa lama lagi aku bisa bertahan.
Aku menoleh sejenak ke arah rekanku, dia juga kelihatannya kesulitan. Sepertinya tidak mungkin jika aku meminta tolong.
Aku kembali memerhatikan gerak-gerik musuh. Meskipun cepat, gerakannya masih dapat kuhindari. Tapi, aku kurang hebat dalam mencari titik celah untuk menyerang musuh. Disitulah letak kelemahanku. Ayolah Jamie, fokus. Temukan titik celah itu...
Aha! Aku menemukannya! Di tengah rangkaian serangannya dia membuka celah itu. Dan celah itu akan terbuka lagi....Sekarang!!
"Haha."
Tepat saat aku ingin mengambil celah, dia menendangku. Aku terpental sedikit kebelakang. Oh tidak, aku terlalu terbuka! SRATT!! Bilah kapaknya menggores badanku seraya membuatku terjatuh.
"Jamie Andrew dari kelas anggar telah tereliminasi!"
Akh! Aku kalah. Maafkan aku Bianca, tapi sepertinya kamu harus bertarung sendiri. Aku mencoba untuk bangkit berdiri, Akh! Dadaku! Bekas tebasan kapak itu terasa sangat sakit. Aku terpaksa berbaring di atas tanah, menunggu tim medis untuk membawaku kembali ke lobi arena.
Aku memandang ke arah Bianca. Ya, dia sedang menghadapi dua orang dan masih bertahan. Sudah kuduga, dia lebih kuat dariku. Andai saja dia lebih serius dalam latihan duel mungkin bukan aku yang akan terangkat menjadi murid paling hebat dalam kelas anggar. Kupejamkan mataku sesaat. Cahaya mentari benar-benar terik hari ini.
"Bianca Selvia berhasil mengeliminasi kedua perwakilan kapak perang. Duel ini dimenangkan oleh kelas anggar!!"
Sontak aku langsung membuka mataku. Suara riuh para penonton bergema dari berbagai arah. Tidak ada yang menduga dia akan menang. Bahkan aku sebagai rekannya tidak tahu dia sehebat ini. Aku kembali memejamkan mataku. Pertarungan tadi benar-benar menguras tenagaku. Ditambah lagi luka tebasan dari duel tadi. Mungkin aku akan istirahat sebentar...
Damien's P.O.V
Pertandingan demi pertandingan telah kusaksikan. Dengan begini, aku sudah tahu cara mereka bertarung. Kemenangan diraih oleh kelas anggar, kelas pedang, kelas perisai, dan kelas sihir. Dari mereka yang paling kukhawatirkan adalah kelas anggar. Alasannya simpel, karena murid yang bernama Bianca itu. Aku benar-benar tidak mengenalnya atau hanya sekedar mendengar namanya. Tapi, dari hasil pertandingannya melawan kedua murid kelas kapak, sudah jelas dia sangat kuat. Terlalu kuat bahkan. Aku bahkan tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana dia mengalahkan mereka. Yah, semoga saja aku tidak harus melawan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Dream
Fantasy(Remake dari yang pertama) Menjadi seorang jendral kesatria kerajaan tingkat pertama sudah lama menjadi impian seorang Damien Victor. Dengan kegigihan dan kebulatan tekad, dia berlatih demi berhasil lulus di Knight's Academy. Tempat pendidikan palin...