Mary's P.O.V
Beberapa tahun yang lalu, sebelum aku menjadi murid di Knight's Academy. Aku hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal di sebuah perdesaan di bagian luar ibukota. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Sedangkah ayahku, beliau adalah seorang kesatria kerajaan. Hanya mereka keluarga yang kumiliki. Meskipun begitu, aku sudah merasa cukup dengan kehadiran mereka, dan tentunya. Aku sangat menyayangi mereka.
Keseharianku aku menghabiskan waktu dengan mereka. Setiap pulang sekolah, aku membantu ibuku melakukan pekerjaan rumah tangga. Layaknya anak-anak lain di desaku. Namun, suatu hari. Sebuah kejadian yang tidak pernah kusangka terjadi, terpapar begitu saja di hadapanku.
Tanpa memerdulikan umurku, ia datang menghampiri bagaikan ajal yang menjemput. Sepasang kesatria kerajaan menghampiri rumah kami, dan mengatakan;
"Mohon maaf, nyonya Blue. Suami anda menjadi tahanan kesatria kerajaan karena telah mengupayakan pengkhiatan kepada kerajaan."
Aku melirik ke arah ibu. Wajahnya pucat, matanya lesu. Seakan-akan dia melihat hantu.
"Ma-mana mungkin ayah berbuat seperti itu!" ujarku menentang perkataan mereka.
Ibuku melirik ke arahku dengan sebuah senyuman yang terlihat palsu.
"Sudah, kakak ke kamar dulu ya. Ibu saja yang urus." Ujarnya lembut.
"Bawa kembali ayah ya, bu." Balasku sebelum aku membalik badan dan melangkah menuju kamarku.
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Aku hanya bisa berdoa dan memohon akan keselamatan ayahku. Aku sudah tahu sanksi bagi seseorang yang berupaya melakukan pengkhianatan kepada kerajaan. Sanksi itu adalah eksekusi mati.
Ya, walaupun aku tahu itu. Karena umurku yang baru saja genap 10 tahun, mana mungkin aku akan memercayai perbuatan ayahku begitu saja. "Pastinya terjadi kesalah pahaman" ujar benakku.
Dan hanya dengan beberapa hari, benakku dibuktikan salah. Ayahku terbukti telah melakukan upaya pengkhianatan. Seperti apa bentuknya? Ayahku katanya telah menolak perintah dari jendralnya dan bahkan sempat mencoba untuk melawan.
Berita kasus itupun mulai menyebar ke seluruh ibukota, dan bahkan hingga ke luar kota. Keluarga kamipun menjadi topik hangat pembicaraan para warga di desa kami.
Aku tidak tahan perkataan-perkataan mereka. Seringkali aku mengurung diri di rumah dan menangis. Namun, ibuku selalu ada dan selalu berhasil menenangkanku. Ialah satu-satunya orang yang hadir dalam masa terpurukku waktu itu.
Lalu, datanglah hari dimana seorang kesatria kerajaan menghampiri rumah kami dan mengatakan bahwa ayahku tidak dieksekusi. Bukan, bukan karena dia tidak bersalah. Namun karena Sang Raja mengampuninya dan membolehkannya kembali pulang.
Mendengar itu, mataku bersulut dengan bara api penuh semangat dan kebahagiaan. Dengan ajaib api itu berdampingan dengan derasnya air terjun dari mataku. Pada hari itu, aku melihat kembali ayahku di depan pintu rumah.
Aku langsung berlari ke arahnya dan memeluknya erat. Tidak ada kata-kata yang bisa menjelaskan perasaan yang kurasakan. Aku tetap terdiam dan memeluknya erat. Ibuku pun memeluk kami berdua dengan air matanya yang juga mengalir.
Ya, Sang Raja memperbolehkannya pulang. Untuk kali ini saja.
"Ke-kenapa?" tanyaku dengan wajah yang masih terikat dengan ribuan emosi.
Hukumannya diubah menjadi penjara selama 10 tahun. Sesuai perintah raja sendiri. Mendengar itu, ibuku tidak bersedih. Ia bahkan menitipkan ribuan terima kasih untuk raja. Namun, kesatria kerajaan itu berkata;

KAMU SEDANG MEMBACA
The Dream
Fantasi(Remake dari yang pertama) Menjadi seorang jendral kesatria kerajaan tingkat pertama sudah lama menjadi impian seorang Damien Victor. Dengan kegigihan dan kebulatan tekad, dia berlatih demi berhasil lulus di Knight's Academy. Tempat pendidikan palin...