Lucy's P.O.V
Aku melipat pakaianku dan kuletakkan ke dalam koper. Kegiatan itu biasanya dilakukan jika seseorang ingin berpergian jauh. Ya, bisa disebut aku akan berpergian jauh.
Aku diminta kedua orang tuaku untuk merantau, meninggalkan kenikmatan kampung halamanku di ibukota. Kata mereka, aku harus belajar hidup mandiri. Aku tidak boleh terlalu bergantung kepada mereka, karena tidak selamanya mereka bisa membiayai kehidupanku. Tapi, apa yang aku akan lakukan dalam perantauan itu? kedengarannya sia-sia kalau aku hanya diam saja disana. Ya, walau sebenarnya biaya kehidupanku masih ditanggung oleh mereka. Aku akan bersekolah disana untuk menjadi kesatria kerajaan, di Knight's Academy, cabang Kota Sapphire.
Aku tinggal di ibukota Kerajaan Etharien, Kota Arether. Disinilah berdirinya istana kerajaan dan Knight's Academy pertama. Andai aku tidak diminta pergi, aku akan bersekolah disana. Aku juga sudah lulus tes disana, tapi entahlah. Orang tuaku memiliki rencana baru untukku. Kabar baiknya, aku tidak perlu tes dua kali. Aku hanya tinggal menyerahkan kertas kelulusanku kepada Ketua Akademi di cabang sana.
Ya, memang kedengarannya jarang bagi seorang perempuan bercita-cita menjadi kesatria kerajaan. Bagiku, menjadi kesatria kerajaan adalah pekerjaan yang mulia. Menolong rakyat dan menjaga keutuhan kerajaan sudah menjadi cita-cita yang kuimpikan sejak kecil. Dan dari sana, sampailah aku ke sebuah cita-cita yang lebih jelas.
Untuk terakhir kalinya, aku memeriksa perlengkapanku. Pakaian, uang, berkas-berkas penting, obat-obatan. Hm...kelihatannya aku sudah membawa semuanya yang kubutuhkan. Oh, obat-obat itu aku yang meraciknya sendiri. Aku cukup handal dalam membuatnya. Mungkin karena itu adalah pekerjaan kedua orang tuaku. Bakat tersebut sampai kepada anaknya.
Kedua orang tuaku adalah peracik ramuan dan obat-obatan terhebat di ibukota. Tidak jarang mereka mendapat panggilan dari keluarga-keluarga bangsawan. Bahkan, sang raja pernah memberikan penghargaan karena bakat mereka itu.
Saat aku memberitahu mereka tentang cita-citaku, mereka awalnya terkejut, bahkan hampir tidak menerima keputusanku. Namun, setelah melihat perkembanganku dalam jalan tersebut, mereka mulai setuju dan membiarkanku mengejar impianku dengan jalanku sendiri.
Dua tas besar kuangkat dengan selaras pedang yang kuselempangi. Dari kamar samping, kedua orang tuaku membantuku mengangkat barang bawaanku seraya aku membuka pintu.
Tepat beberapa langkah didepanku, terdapat kereta kuda milik kedua orang tuaku. Mereka memasukkan barang bawaanku ke dalam kereta kuda. Tidak, mereka tidak mengantarku. Aku yang akan membawa kereta kuda itu sendiri.
Aku mencium tangan kedua orang tuaku seraya mengucapkan selamat tinggal. Kutunggangi kuda disambung melambaikan tanganku ke arah mereka. Kupecut kudaku dan secara langsung dia pun berjalan menuju tempat tujuanku. Entah apa yang akan terjadi dalam perjalanan dan ditempat tujuan, aku sangat bersemangat untuk mencari tahu. Impianku, inilah jalan yang kutempuh. Kota Sapphire, aku datang...!
***
Damien's P.O.V
CTASS! Suara dua pedang beradu terdengar nyaring ditelingaku."Terlalu dekat! Jika begitu, nanti kakak bisa tertebas pedang kakak sendiri. Coba lagi!"
Malam ini aku berlatih lagi. Melancarkan berbagai teknik berpedang biasa, maupun teknik sihir berpedang. Sebenarnya aku sudah kelelahan, tapi apa boleh buat. Yang kuhadapi nanti bukan seorang pemula, melainkan seseorang yang lebih berpengalaman dan mungkin bahkan lebih kuat dariku. Jadi, karena itu aku berlatih sekurang-kurangnya setengah jam lebih lama dari biasanya.
"Ini yang terakhir kali. Kakak harus bisa menangkis semua serangan ayah, paham?"
Aku mengangguk. Ayahku terlihat akan menyerangku di awal latihan duel ini. Kuposisikan kuda-kudaku untuk menerima serangan. Serangan pertama ia lancarkan. Tebasan demi tebasan berhasil kutangkis dengan baik. Di satu kesempatan hampir saja aku berhasil mengenai ayahku. Namun, tentunya ia tidak semudah itu untuk dikalahkan.
Ia meningkatkan kesulitannya. Tebasannya lebih cepat dan sesekali ia memakai teknik sihir. Teknik sihir yang ia gunakan adalah Aerial Slash. Efek dari teknik sihir itu adalah memperpanjang jarak tebasan yang jauhnya dapat diatur sesuai keinginan penggunanya. Ya, tentunya dibatasi oleh kemampuan penggunanya. Aku sudah bisa menggunakannya dengan jarak maksimal tiga meter. Berbeda dengan ayahku yang jarak maksimalnya sepuluh meter. Walau begitu, kata ayahku itu sudah cukup hebat, apalagi untuk pemula sepertiku.
"Bagus! Lebih cepat lagi!" sahut ayahku seraya mempercepat serangannya.
Ini terlalu cepat. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. SRATT! Satu tebasan berhasil mengenai pakaianku. Reflek aku melompat mundur seraya melancarkan serangan teknik sihir. Ayahku menangkisnya dan, di saat itulah aku mendapat kesempatan untuk menikamnya. Aku berhenti tepat saat ujung pedangku berada satu senti dari badan ayahku. Ia juga ikut berhenti dan memasukkan pedangnya ke dalam sarungnya. Aku melepas kuda-kudaku dan menurunkan pedangku.
"Luar biasa! Ayah tidak mengira kakak akan menang. "
"Iya, kakak juga tidak mengira akan menang."
"Hm, jangan berpikir seperti itu. Kakak harus lebih yakin dengan diri sendiri. Meskipun musuh yang akan kakak hadapi lebih kuat, tetap tenang dan yakinlah kalau kakak akan menang. Itu yang ayah lakukan saat berhadapan dengan Julia Fritz, kakak ingat dia?"
Aku menggangguk. Julia Fritz, salah satu dari penjahat yang paling berbahaya di kerajaan ini. Kekuatannya setara dengan kesatria kerajaan tingkatan pertama. Tidak sedikit yang pernah menjadi korbannya, termasuk ayahku dan pasukannya. Dengan berani, ia maju dengan menggenggam pedangnya dan berhasil memukulnya mundur.
"Ya sudah, kakak istirahat sekarang. Besok adalah hari yang penting."
Dari halaman rumah, aku pun masuk ke dalam dan langsung menuju kamarku. Kumasukkan pedangku ke dalam sarungnya dan langsung membaringkan badanku ke atas kasur. Mataku terpejam dan tidak lama kesadaranku mulai menghilang sedikit demi sedikit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dream
Fantasy(Remake dari yang pertama) Menjadi seorang jendral kesatria kerajaan tingkat pertama sudah lama menjadi impian seorang Damien Victor. Dengan kegigihan dan kebulatan tekad, dia berlatih demi berhasil lulus di Knight's Academy. Tempat pendidikan palin...