Chapter 2

180 10 0
                                    

Pagi Maanyan semarak kembali dengan kehadiran beratus-ratus orang yang tak dikenal. Mereka adalah saudara jauh orang Maanyan. Ya--bisa dibilang mereka orang Maanyan juga--yang membedakan hanya tempat mereka tinggal.

Orang-orang itu membawa Mandau dan perlengkapan bertempur khas suku Maanyan namun seketika dilepaskan setelah mendengar bahwa Maanyan berhasil menang terhadap musuhnya. Maka beberapa ratus orang tersebut bergerak untuk membantu mempersiapkan Ijambe. Tak hanya perempuan yang memasak untuk jamuan namun beberapa laki-laki Maanyan dari luar wilayah desa Maanyan ikut membantu.

Beberapa remaja pun kembali ke kampung halaman dengan membawa orang amat banyak. Mereka juga sesuku dan aku tidak tau darimana mereka berasal. Alhasil, semakin sore, semakin banyak orang Maanyan berdatangan ke desa ini. Bahkan lebih banyak daripada sebelum peperangan. Desa Maanyan yang sepi meriuh kembali. Lalu lalang orang berburu, mempersiapkan kayu untuk pembakaran, dan pekerjaan lainnya selalu  terlihat di alun-alun.

Kejutan lain bagiku adalah mayat Kelat yang berhasil dikembalikan oleh Balian. Mayat yang paling utuh menurutku darpada mayat-mayat lainnya. Cuma ada lendir yang menyeliputi seluruh tubuhnya. Dengan demikian lengkaplah sudah mayat-mayat orang Maanyan yang akan dihantarkan ke alam baka.

Jenazah Sandayuhan dan Intingan telah dibawa siang tadi oleh orang-orang bukit. Mereka tidak menanyakan apapun tentang sebab musabab kematiannya, mereka lekas membawa kedua pimpinan itu ke kampung halaman. Ranu yang memimpin kelompok orang bukit itu ke Maanyan. Setelah tiba, ia hanya memandangku sekilas dan beranjak dari tempatnya. Setelah itu keberadaannya lenyap ditelan hiruk-pikuk persiapan Ijambe nanti malam.

Malamnya, Ijambe dilakukan dengan khidmat seperti biasa namun dengan keriuhan yang lebih besar daripada perayaan sebelumnya. Orang-orang mengelilingi kobaran api yang besar dan menjulang sangat tinggi itu. Semuanya terang benderang padahal malam ini bulan tak datang. Sorak-sorak nyanyian dan tarian terdengar hingga larut malam. Hingga ruh-ruh itu terbang dan menjadi bintang di angkasa.

***

Pagi perayaan Aruh buntang pada hari terakhir mendadak ramai orang-orang berkumpul di lapangan rumput hijau. Ada apa? Apakah perjodohan kedua kalinya akan terjadi lagi? Aku memandang ke pusat keramaian. Di depan telah ada Angkin membicarakan sesuatu hal. Karena tak sampai ke telingaku, aku pun mendekat untuk mencuri dengar apa hal yang hendak ia sampaikan.

“Tuan-tuan semua, kami desa Maanyan telah mengalami sebuah serangan yang tidak kita duga-duga sebelumnya. Serangan yang keji itu membuat warga desa kami hampir sirna. Lihatlah! Hanya tersisa beberapa saja! Hal ini menjadi sebuah peringatan bagi kita bahwa pertahanan suku Maanyan sangat lemah. Dan sahaya melihat bahwasanya itu karena kita tercerai berai di berbagai tempat. Dan pula tidak mempunyai bala pasukan. Tuan-tuan semua, sudah saatnya kita mempersatukan diri, menggabungkan dalam satu kesatuan,” jelas Angkin.

“Lihatlah kami yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Tanjungpuri yang dihuni oleh orang-orang Malayu. Walaupun perjanjian perdamaian telah ada tapi kita tetap diserang. Dan apa? Kita diserang secara besar-besaran dan hancur sedemikian rupa. Bayangkan jika dalam posisi kami, kalian yang hanya sedikit pasukannya dan tidak dalam keadaan siap siaga diserang mendadak mungkin sama halnya seperti kami,” lanjutnya.

“Kita serang saja dan balas perbuatan mereka. Kita banyak tuan ,semua telah rekat dalam persatuan. Jika terancam kami akan membantu,” ucap salah seorang Maanyan dari luar daerah yang segera mendapat sambutan sorak semangat dari kawan-kawannya.

“Tapi lihatlah desa ini diambang kehancuran!! Kami tidak sanggup menahan serangan mereka. Hendak meminta bantuan kemana sedangkan kalian berada di desa-desa yang sangat jauh untuk dijangkau. Jika tidak ada Sandayuhan dari orang bukit dan Nadendra dari Jawa mungkin kalian tidak melihat sahaya lagi dan desa ini telah diduduki oleh Tanjungpuri”

Hujan di Malam Hari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang