Takdir untuk Dilalui

56 4 2
                                    

Ketika air mata tak mampu menahan hilirnya. Ketika hati tersentuh oleh balutan kata-katanya. Dan ketika logika merengkuh hangat perihal untaiaan doanya. Aku seakan terpana akan segala aksara yang tengah kubaca; menyentuh palung rasa hingga memeluk dalam gejolak bernama keterharuan.

Dan kini di balik dinginnya pagi, hatiku bergetar meresapi segala hal yang tengah kujalani. Menatap tak percaya pada bait-bait kalimat yang berjejer rapi; meneguhkan hati untuk tetap berdiri, melangkah dengan kekuatan doa. Hingga lelehan air mata tak henti menghujani pipi sebab rasa yang tak terdefinisi.

Seraya menyeka air mata. Aku tersadar akan hal yang pernah menghampiri. Perihal kecewa hingga patah hati. Semuanya kini seolah membawa arti yang harus dihadapi. Memang tak mudah dalam membuang segala buramnya kenangan yang menyesakkan. Lalu  hati untuk menatap masa depan. Namun, banyak pilihan untuk berjalan melepaskan keresahan.

Sebab hidup tak hanya menatap ke belakang. Jika waktu pernah mempertemuka ku dengan kesedihan yang memurukkan keadaan. Kini tak ada yang lebih baik selain melanjutkan perjalanan dan berpegang teguh pada keyakinan yang Tuhan gariskan. Kemarin adalah ujian dan kini untaian yang akan membawa keberkahan dalam dekap kebesaran-Nya.

Tak perlu mengutuk kejadian yang menyeret dalam kepiluan sebab semesta masih akan tetap berwarna untuk dijelajah menemukan sebongkah bahagia. Lebarkan senyum beserta langkah agar hati mampu menerima dengan segenap harapan. Takdir Tuhan adalah perjalanan untuk mendewasakan diri.






Pacitan, 2019

Setangkai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang