Bukan perihal hati yang ingin menghilang dari sebuah radar kerinduan. Bukan pula sebuah kenang yang tersemat akan kesakitan. Ini hanya perihal jiwa yang tersekat semesta dengan sebongkah rahasia. Semua masih sama, ada rindu yang terlampir ingin diperdengarkan, ada sececap kisah yang ingin diutarakan. Namun, waktu belum mengizinkan, sebab ada perkara yang harus terselesaiakan.
Jika ada yang sedang menanti sebuah jawab kenapa sempat menghilang, maka akan kujelaskan perihal masa yang melukiskan senyum penuh kehangatan. Perihal bintang yang mendekap mimpi dengan hebatnya, dan senja yang menemani di kala kesendirian menghinggapi diri. Di tempat itulah anganku berlabuh dalam lautan ketenangan yang dapat meyakinkan sebuah janji. Hingga aku betah berlama mengasyikan diri dengan berbagai ilusi.
Untukmu, yang sempat bertanya perihal kerinduan. Aku tak pernah lupa pada setiap senyuman yang kau berikan, tak pernah lupa pada sapaan yang sering kau lontarkan. Bahkan ribuan pesan yang terkirim masih terpendam dengan hiasan pita kebanggaan. Agar kelak akan menjadi sejarah kebersamaan.
Sekian ya, semoga dirimu baik-baik di sana. Langitkan dan dekap doa untuk kehangatan jiwa. Jika pada masanya, kita akan berjumpa. Bukan lewat aksara pun suara, tetapi nyata depan mata. Salam virtual untuk kalian semua.
Pacitan, Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Asa
PoesíaBarangkali banyak harapan yang tergambar walau hanya bualan semata. Namun, adakalanya dapat menjadi pelipur dikala lelah sedang mendera. Menjadi penyemangat kala gusar memperparah. Barangkali bualan juga doa yang terhampar ke angkasa. Bersama semili...