Hujan di November

58 5 2
                                    

Bukan sapaan 'selamat pagi' yang mengawali hariku kali ini. Bukan pula racikan pesan romantis yang dikirim seseorang melalui telepon genggam. Bahkan ini lebih  dari sekadar fiksi yang terancang dan berasa membahagiakan. Seakan hadirnya menyuarakan kedamaian.

Di detik pertama, kala telingaku menangkapnya, jantungku berdegub penuh suka cita. Pun lantunan syukur begitu teruar dengan percuma. Bahagianya merambah dada hingga kepala. Menyambut derai merdu  dari angkasa membangunkan hingga menguarkan patrikor yang menenangkan raga. Senyum yang tertawan terlepas tanpa aba-aba.

Siapa yang sangsi akan segala Kuasa-Nya. Hebatnya kesungguhan doa tak akan ada yang teringkari dari-Nya. Jika kemarin bibirku masih mengeluh beserta mengharap hadirnya gemericik ketenangan. Dan pagi ini Tuhan maha adil akan segala ciptaan-Nya. Dia hadirkan penawar rindu yang sesungguhnya. Tetes-tetes yang membasahi jendela, membuat hatiku kian bersemi ingin menyentuh dan bergabung dengannya. Memutar alunan merayakan turunnya derai yang lama tak bersua.

Pagi hari di awal bulan November yang sangat membahgiakan. Netraku tak berhenti untuk terkagum dan bersyukur. Syahdu mengiringi buaian candu derai hujan yang teratur. Melepaskan khayalan dan disihir menjadi kenyataan.

"Terima kasih hujan telah hadir kembali menyapa semesta. Kehadiranmmu mampu menenggelamkan resah yang tak berkesudahan sebab keringnya kepercayaan. Dan kini semua sirna, setetesmu mengubah sendu menjadi hal baru untuk ditunggu. Hujan bulan November pemberi berkah dan nikmat untuk semesta."







Pacitan, 1 November 2019

Setangkai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang