Atas Nama Kepedulian

22 2 0
                                    

Dalam sehari pasti ada waktu yang tetap terpatri sebagai tempat istimewa. Menghujani rasa dengan polah tingkah sang perannya. Menikmati luahan yang tak terkira sebab hadirnya buncahan bahagia. Barangkali begitu cara mudah dalam menginggat hal yang begitu indah.

Kadang kala ada senyum tanpa sedikit pun murung, ada binar kesenangan yang bernaung. Barangkali perihal cinta atau kasih sayang yang tak akan mudah luntur, pun dekap hangat tanpa perlu diatur.

Hari ini aku kembali diingatkan pada masa di mana dekapan hangat menyelimuti penuh keikhlasan lagi menenangkan. Merasakan belaian lembut dari kokohnya perlindungan dan memberiku rasa aman. Serta ucapan sayang yang terlontar bagaikan nyanyian kala lelap ingin menyergap. Bahagia tentu saja. Siapa pun orangnya, dialah pelindung maha sempurna. Meski kenyataannya, diriku harus ditinggalkan bersama kenangan yang tak dapat diungkapkan.

Aku pernah kecewa, pernah marah pada semesta yang memisahkan. Menyalahkan yang tak seharusnya kulakukan, hingga cambuk hebat membuka yang terjadi; ialah air mata yang tak pernah berhenti. Bahwa kesakitan tak patut untuk digenggam bukan? tetapi mencoba dilepaskan agar tak melukai lebih dalam.

Sekarang aku tak menyesal. Bahwasanya dia akan tetap ada meski jauh dari jangkauan. Doanya tetap terlampir atas namaku di sana. Dan aku tetap berusaha menjadi pribadi baik akan anak kecil yang pernah ditimangnya. Biarlah kenangan indah yang menjadi penguat rasa, pengingat akan segala baik sangka.



Pacitan, 23 November 2019

Setangkai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang