Terjebak Oleh Waktu

63 5 2
                                    

Perjalanan waktu terkadang membuat terombng-ambing dalam suratan perkara. Meminta diri untuk bertahan di riuhnya gelombang pasang yang siap menerjang. Namun, adakalanya buliran lejar terus memeluk tak ingin hengkang. Bukan hanya perihal hati sebab kecewa, tetapi juga sebuah rahasia yang belum terungkap kebenarannya.

Dan ketika kulihat langit mulai mensejajarkan gumpalan hitamnya, diriku masih terpaku di tempat. Berdiam, menanti yang tak pasti datang untuk kembali. Ingin beranjak, tetapi kaki seakan tak bergerak. Hingga hanya menatap hamparan kekosongan; meneliti tiap sinar yang mulai bermunculan. Menandakan bahwa malam akan segera datang.

Aku ingin segera pulang untuk menceritakan lelah yang membuatku mengerti arti dari kehidupan. Mungkin tak akan ada yang tahu bagaimana jalan yang menjadi pijakan dalam langkahku. Tak ada yang mengerti bagaimana aku tersenyum di setiap waktu. Biarlah, itu memang tujuanku. Menyembunyikan perih yang kini masih betah berdiam diri dalam naluri.

Dulu aku sempat bertanya tentang makna sebuah cinta. Namun tak ada satu pun yang dapat mengartikannya. Sampai aku berpikir bahwa cinta hanyalah kata semu yang indah namun menjerumuskan dalam kenestapaan. Mungkin benar? Nyatanya tak ada kisah cinta yang abadi, dan perkara cinta justru membuat rasa sakit di hati.

Aku tak menyalahkan cinta yang hadir dengan gagahnya dan mencoba mengetuk pintu hati. Namun kenapa, cinta juga harus meluruhkan kepercayaan yang terjadi. Hingga aku merasa enggan untuk hadir dan menemui kisah cinta yang akan bersemi. Barangkali bukan sekarang, di saat masih teragu akan kepercayaan., Hatiku masih perlu bebenah untuk siap menyambut masa depan. Kelak akan ada masa diri ini benar-benar siap tanpa harus terhalang oleh ketidakpastian. Percaya saja, Tuhan tak akan salah dalam menempatkan bagian rapuh tulang rusukku untuk seseorang, yang kelak akan dikokohkan dengan mahligai masa depan.

Jika waktu masih menjebak dalam lingkar kebodohan, maka menyisir tepi keraguan untuk melapangkan jalan menuju kebahagiaan.






Pacitan, 2019

Setangkai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang