Merelakan Meski Harus Berbagi

29 3 1
                                    

Menelisik waktu yang dahulu, tak pernah terbayangkan bahwa pada akhirnya untuk saling berbagi. Membiarkan separuh hati untuk dia yang belum pernah tertemui. Meski katanya tak ada yang berbeda dalam memberi. Namun, tetap saja hati merasa terlukai tanpa ada yang bisa menghenti. Pun tak ada yang tahu perihal hari  ketika dia memilih usai membersamai. Hingga melirihkan pedih yang harus ditutupi. Adakalanya hati merasa lelah diserang penuh sumringah. Menyecap baik untuk dapat meraih ikhlas.

Barangkali sandiwara memang jalan yang terbaik bagi perasaan. Menelusukan senyum di antara kepahitan, selaras menebar bahagia meski hati terdesak tanpa paham. Hebatnya meracik buah kesabaran yang berujung tangisan setiap malam.

Tak apa. Tuhan tahu mana yang kubutuhkan meski pintaku tak sejalan. Tuhan tahu masih banyak yang sayang meski bukan dari dia seorang. Seharusnya tak perlu meradang sebab kehilangan. Percaya saja, bahwa ada hikmah yang diambil dari sebuah kesakitan. Aku hanya perlu sekali keyakinan untuk menguatkan.

Ini hanya perihal rindu entah cemburu. Bukan maksud mengadu sembari tersedu. Terkadang tak ada yang tahu dan memilih berlalu sebagai saran lelahnya jemu. Bersikap baik-baik belum tentu sedang membaik, bersikap manis belum tahu jika hati teriris. Topeng di balik wajah siapa yang akan mengenali. Biarlah Tuhan dan hati sendiri yang memeluk hingga aman kembali.

Pacitan, 19 November 2019

Setangkai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang