Aku Ingin Kita Baik-baik Saja

26 2 1
                                    

Memang bukan perkara mudah dalam menyampingkan keakuan agar tak menyulut api keresahan. Hati terkadang bebal tak ingin dikalahkan dengan untaian motivasi untuk tegar. Namun, tak salah bukan jika aku ingin kita baik-baik saja?

Silakan berjalan dengan langkah-langkahmu, usaikan segala pilu yang membelenggu. Dirimu memang berhak untuk bahagia tanpa diganggu, tetapi pahamilah bahwa kesal tak menyelesaikan ragu tanpa kekal. Lapangkan hatimu, buka lembaran baru yang siap menjadi catatan bahagiamu. Jangan terpaku akan sakit yang singgah tak kenal waktu. Sungguh aku bersedih melihatmu yang tak beranjak dari sendu.

Pernah dengar jika waktu adalah guru paling berharga bukan? Memang benar. Waktu adalah pemetik hikmah paling sabar. Resapi dan agungkan kepercayaan agar hati terbuka dengan lapang. Sakit bukan untuk selalu digenggam, bukan ajang untuk dipamerkan. Sikapi dengan hangat tanpa dilaknat, keluar perlahan untuk menemukan cahaya terang akan kebangkitan. Kita bisa baik-baik saja tanpa saling melukai perasaan.

Cukup kita terkurung akan hal yang merugikan. Sudah saatnya berdamai dengan hati agar langkah tak terbebani. Jika dirimu berpikir aku baik-baik tanpa sakit, maka itu hanya kamuflase yang sedang kubuat, nyatanya aku merasakan hebatnya gempuran tanpa perencanaan. Menyalahkan kehadiran yang hanya dipertontonkan dengan kesedihan. Namun, aku belajar untuk memahami, belajar agar tak mengurung diri. Masih banyak jalan yang harus dijelajahi sebagai pengetahuan diri. Jadi sudah, ayo berdamai. Biar sakit dahulu menjadi kenangan yang abadi untuk sejarah perbaikan diri.


Pacitan, 25 November 2019

Setangkai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang