Sang Penjelajah

29 2 0
                                    

Kita dipertemukan sebagai saudara meski bukan dalam rahim yang sama. Kita adalah dua pribadi yang berbeda, tetapi memiliki banyak cara padang yang sama. Menyukai jajaran alam terbuka pun penikmat senja penuh setia.

Jika alam adalah rumah untuk bersinggah kala penat merekah, maka kita adalah seorang yang senang berkunjung dengan segala harap melepas resah yang mendera tanpa perintah.

Kita sang penjelajah tanpa suara, berjalan tanpa tujuan demi sebuah destinasi yang diinginkan. Menerjang bebatuan untuk melihat keindahan yang Tuhan suguhkan. Kita memang berbeda, tetapi saling bersama untuk menguatkan.

Jika dirimu tahu. Aku begitu bersyukur memiliki sahabat serta saudara sepertimu. Saling memberi warna dengan cara yang masing-masing punya. Aku dengan segala tingkahku pun dirimu dengan segala keajaibanmu. Saling merajut dalam kesaudaraan yang mengikat. Memintal kebersamaan dengan berpetualang pada alam yang memiliki sejuta kearifan. Kita memang tak melelu bertemu, tetapi masih tetap bersatu menaklukkan suatu hal yang dituju.

Kemarin di tepian pantai yang diterpa sinar senja, kita saling duduk beralas bebatuan menghirup kebebasan yang sekian lama membelengu raga. Menatap luasnya samudra yang tak ada ujung perpisahan. Perihal ombak yang terpecah di batu karang, senja yang mulai tenggelam pun keasrian yang masih memberi nyaman. Kita saling bercengkerama juga memproses wacana apa saja yang terlintas tanpa aba-aba. Dirimu dengan segala mimpimu, berharap  dapat berkeliling dunia. Katamu ingin menapaki alam dengan segala indahnya dan aku setia mencerna sembari meng-aamiin-kan. Semoga.

Bagi kita, selain keindahan yang alami dapat memikat hati. Namun, ada juga syukur tak bertepi ketika mata menjejak segala anugerah    yang diberi. Semoga alam akan tetap lestari sebagai jantung bumi. Rumah yang aman untuk menaungi dari terpaan badai.

Dari segala cerita, kita saling melangitkan doa, semoga tak ada tangan jail manusia yang mencoba melukai. Biarlah alam dengan keindahannya tanpa campur tangan yang tak manusiawi. Biarlah alam tetap alami dengan sendiri. Kita hanya perlu menjaga tanpa harus mencederai. Salam dari pecinta jajaran semesta.



Pacitan, 11 November 2019

Setangkai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang