Untuk Kita

35 2 2
                                    

Sajak ini tertulis rindu untukmu pun kita. Bukan hanya perkara jarak yang memutus untuk sebuah jeda. Melainkan satu hal yang tak dapat dijabar oleh logika sebab diri kita dianjurkan untuk tetap waspada akan segala radikal yang ada. Semata agar tetap dalam naungan tersebab bala yang tak tahu mulanya. Ribuan doa pun telah teruar penuh kesyahduan dalam mendamba agar segera hilang sekat yang memenjara. Biar tak ada lagi jarak yang memisah untuk berjumpa.

Telah terlalu lama sunyi mengambil alih ruang kebisingan, hingga rindu meraja dengan bosan. Bahkan gemerlap yang dulu penuh gemintang, kini hanyalah menyisakan kenang. Tak ada lagi hiruk-pikuk dengan canda, tak ada lagi ambu kesenangan dengan setapak hiburan.

Berdoa saja ya ... semoga Tuhan dan semesta cukup sekian dalam memperingatkan manusia. Tak apa, semesta hanya ingin bernapas dengan benar, maka manusia juga harus bersabar. Sama seperti alam yang harus bersabar menghadapi tingkah manusia yang sesuka hatinya. Untukmu pun kita yang merindu kebebasan, tampung dulu ya, semoga waktu akan segera memulihkan keadaan dan jumpa akan menyelimuti kita.

Bisakah kita bersyukur untuk sekarang? Semoga selalu bisa. Jangan terlalu mengeluh karena kebebasan terampas, sebab masih ada bianglala di antara kelelahan dan kelak kita akan menjumpai sinar dengan lautan raksi kelegaan. Sabar dan tetap berdoa jangan lupa.








Pacitan, 5 Juni 2020

Setangkai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang