(13)

59 10 0
                                    

Ben POV

Aku terbangun dari tidur ku, aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 6:34 pagi.Akupun berjalan menuju kamar mandi dan membilas wajah ku lalu keluar kamar.

Saat keluar dari kamar, aku menuju ke kamar Kania untuk melihat apakah ia sudah bangun atau belum. Namun saat sampai di pintu kamar aku sudah tak melihat nya lagi

Akhirnya aku mencarinya di dapur dan ternyata ia sedang memasak
"Selamat pagi, kamu masak apa?" Tanya ku pada Kania
"Aku sedang menggoreng ikan"
"Kenapa kita tidak membuat kue coklat seperti waktu itu saja?" ujar ku mencoba mengingatkan Kania betapa bahagianya ia saat itu

"Ku.. Kue coklat?" ujar Kania
Aku hanya menganggukan kepala. Namun tak lama kemudian kania segera memegang kepalanya dan mengeluhkan bahwa kepalanya sakit
"Ben, kepala ku sakit" ujar Kania pada ku
"Ayo kita ke kamar saja" ujar ku, aku mematikan kompor lalu segera mengangkat kania

"Kalau kamu memang belum ingat, tidak usah di paksakan, aku gak mau kamu kenapa kenapa" ujar ku
"Baiklah, tadi aku hanya mengingat sedikit, seperti ada rekaman yang lewat" ujar Kania
Aku hanya menghelai nafas pelan
"Tak apa, kamu istirahat saja dulu" ujar ku lalu berjalan keluar kamar

"Ben" Panggil Kania, aku yabg baru saja mau keluar dari kamar menghentikan labgkah ju dan berbalik
"Ada apa?" tanya ku padanya
"Bisakah kau menemaniku di sini?" ucapan kania hanya ku jawab dengan anggukan.

Akhirnya aku berjalan kembali menuju sisi ranjang, saat sudah ada di sana aku duduk lalu Kania mengambil tanganku dan menggenggamnya
"Boleh kan?" tanyanya
"Tentu saja" jawab ku.

Author POV

Tak lama kemudian, Kania mulai memejamkan matanya dan mulai masuk ke alam mimpi
"Kenapa ini terjadi pada mu?" ujar Ben. Saat sudah melihat Kania tertidur lelap Ben perlahan menarik tangannya yang berada di pelukan Kania

Tetapi sepertinya hal itu membuat Kania terusik dan bangun
"Maaf udah buat kamu bangun" ujar Ben saat melihat Kania membuka matanya
"Gak apa apa" ujar Kania lalu mengusap wajahnya

Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu rumah mereka,
"Aku akan membukanya" ujar Ben lalu berjalan meninggalkan Kania

Tetapi orang yang mengetuk pintu itu seperti orang kerasukan setan
"Iya sebentar" ujar Ben. Kania yang mendengar ketukan pintu yg sangat keras membuatnya menyusul Ben

Setelah Ben membuka pintu, dilihatnya seorang pria yang seumuran dengannya berdiri di depan dengan tampang seperti sedang menahan emosi

"Di mana Kania?" Tanya orang itu
"Ada urusan apa anda mencari tunangan saya?" Tanya Ben berusaha sopan
"Hah? Tunangan? Bangsat" ujar orang itu, tak lama setelah itu Kania muncul

"Ada apa ini?" Tanya Kania, orang yang mencari Kania tadi langsung menarik tangan gadis itu, tetapi dengan sigap Ben menahan tanganku ia yang sebelah lagi

"Maksud anda apa?" Tanya Ben berusaha menahan emosinya, pasalnya orang yang ada di hadapannya ini seperti orang kerasukan setan

"Gue pengen bicara dengan Kania dan tentu saja hanya dengan Kania tidak dengan anda" ujar orang itu dengan nada suara lebih tinggi dari sebelumnya

"Rendi kamu apa apaan sih?" tanya Kania dan sengera melepaskan genggaman pria yang bernama Rendi itu

"Kania aku mau ngomong sama kamu, kasih aku kesempatan" ujar Rendi lembut pada Kania
"Aku gak mau ketemu kamu lagi, pergi kamu pergi!!" ujar Kania lalu segera bersembunyi di belakang Ben

"Gak, gua gak bakal pergi sebelum lu dengerin gue" ujar Rendi lagi
"Lu gak denger dia bilang apa? Pergi lu!!" ujar Ben sudah naik pitam
"Lu siapa nya sih njing?!" ujar Rendi yang juga emosi

"Gue tunangannya dan lu siapanya hah?" tanya Ben
"Udah Ben biarin aja dia" ujar Kania takut, karena dia belum pernah melihat Ben semarah ini

"Gue mantannya" ujar Rendi songong
"Oh, murahan banget yah, sampai mantan yg udah mau jadi istri orang pun masih di ganggu, gak laku lu?" tanya Ben dan Rendi yang mendengar hal itu langsung naik pitam dan melayangkan tinjunya

Tak lama kemudian darah terlihat di ujung bibir Ben
"Lu ngajak ribut gue bangsat?!" Tanya Ben yang sudah benar benar marah
"Lu yang mulai njing" balas Rendi

Akhirnya Ben menarik Rendi menjauh dari rumahnya. Setelah sampai di tempat yang cukup sepi, Ben melayangkan tinjunya dan Rendipun langsung tersungkur

Tak berhenti sampai di situ Ben kembali menarik kera baju Rendi dan kembali memukulnya lagi lagi dan lagi Ben tanpa ampun memukuli Rendi hingga Rendi tampak tak berdaya

"Dengerin gue baik baik, sampai gue liat lu gangguin Kania lagi, gue gak bakal segan segan buat bunuh lu di sini" ujar Ben dengan nada yang sangat menyeramkan

"Hahaha, gue gak takut sama lu" ujar Rendi yang sudah babak belur, Ben yang mendengar itu
Kembali melayangkan tinjunya, namun kali ini Rendi menahannya, Ben tampak terkejut tetapi dengan segera menetralkan perasaan tersebut
"Baru ngelawan lu, kayaknya bakal seru nih" ujar Ben

Rendi tanpa basa basi langsung menendang Ben tetapi Ben dengan gesit menghindar

Kania POV

Aku yang takut terjadi apa apa dengan mereka langsung mencari mereka

Hingga saat aku menemukan mereka, aku melihat Rendi sudah tak berdaya lagi dan tersungkur di tanah

"Ben, Ben apa yang kamu lakukan padanya" teriak ku pada Ben
Aku panik setengah mati, bagaimana kalau Rendi tidak selamat Ben akan di penjara

"Dia tidak mati" ujar Ben yang membuat ku diam
"Aku takut sama kamu" ujar ku yang benar-benar takut dengan Ben yang sekarang

"Maafkan aku, aku tidak ingin kehilangan kamu Kania" saat Ben mengucapkan itu
Tiba tiba ada sebuah memori yang terputar di otakku tetapi hanya sesaat, aku berusaha mengingatnya namun nihil, aku malah merasakan sakit yang luar biasa di kepala ku

"Ughhhh" keluh ku sambil memegang kepala ku yang seperti akanmeledak
"Kamu kenapa" ujar Ben yang terlihat panik

Tak lama kemudian, penglihatan ku memburam, dan akhirnya semuanya terlihat gelap

Ben POV

Aku yang melihat Kania akan pingsan langsung menangkap nya, aku segera menelfon Sinta
"Halo Sinta, tolong datang belakang pohon besar dekat rumah ku"

"Untuk apa?"
"Datang saja, cepatlah ini penting" ujar ku
"Baiklah aku segera ke sana"

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Sinta datang
"Tolong kau bawa pulang Kania ke rumah, aku ada urusan" ujar ku
"Baiklah" ujarnya lalu segera mengendong Kania
"Aku akan mengurus pria bodoh ini" gumam ku saat melihat Sinta sudah cukul Jauh

Tbc

Oke ini aneh banget, maap ada ngegas ngegasnya
Soalnya entah kepa akau pengen nunjukin sikap ben yang sebenarnya
Ahahahaha

-Mohon maaf jika ada kesalahan
-Jangan lupa vote, share and komen yah

~Terima kasih sudah membaca~

Sad Love [COMPLATED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang