RINAI: 13

47 2 2
                                    

Lusi menyunggingkan senyumnya, "Baik, jadi apa yang ingin kamu bicarakan Rin? "

"Biar saya yang menjelaskan, "sahut Rios.

Rinai mengangkat tangannya memberi peringatan, "Tidak Rios, aku sendiri yang akan menjelaskannya, "

Rios segera mengangguk, dan Rinai mulai membuka suara untuk menjelaskan maksud dan tujuannya mengajak Lusi bertemu.

"Jadi begini nona, Werrys, fotografer anda, bersikap lancang terhadap saya, dan saya ingin nona memecatnya segera, " jelas Rinai.

Lusi yang mendengar sempat terkejut, namun menetralkan kembali mimik mukanya. "Apa? Apa yang Werrys lakukan sampai membuatmu marah Rin? "

"Dia diam-diam memotret bagian tubuh saya yang tidak selayaknya untuk dipotret secara dekat! Bahkan dia berniat menjual hasil potretannya dengan harga tinggi!" Rinai sedikit tersulut emosi.

Mulut Lusi menganga tak percaya, "Apakah benar? Tolong jangan menuduh Rin, Werrys sudah bekerja denganku puluhan tahun, "

"Penglihatan tuan Malvin tidak pernah salah nona! " sela Rios.

Lusi semakin tak mengerti dengan penyebutan nama Malvin disana.

Rinai menghembuskan nafasnya kasar, "Bang Malvin, kakak sepupu saya. Dia punya kelebihan membaca seseorang. Sejauh ini penglihatannya belum pernah salah. Dengan Werrys meminta maaf kemarin, saya yakin memang benar niatnya seperti itu, "jelasnya.

Lusi mengangguk setelah beberapa saat berfikir mempertimbangkan, "Baik, saya akan memecat Werrys Rin, kamu jangan khawatir. Satu lagi, tetaplah menjadi model terbaikku, " ujarnya.

"Dengan senang hati nona, " Rinai menyunggingkan senyumnya.

"Kamu cantik Rin, apakah sudah punya kekasih? " apa ini? Tiba-tiba Lusi bertanya seperti itu?

"Apa? Kekasih? Em tidak nona, saya tidak pernah serius mengurus hati nona. Kurasa belum ada yang cocok saja, hahaha" Rinai berusaha mencairkan suasana.

"Hahaha apakah benar? Saya punya adik laki-laki seumuran kamu. Dia sangat tampan!" ujar Lusi.

"Benarkah? Pasti tampan, karena kakaknya juga sangat cantik, " balas Rinai.

"Bisa saja kamu, kapan-kapan biar ku kenalkan siapa tau cocok? "

Rinai hanya tersenyum menanggapi.
"Sepertinya sudah semakin larut Queen, besok anda harus bangun pagi untuk pemberangkatan pulang ke Indo, " bisik Rios namun masih didengar oleh Lusi.

Rinai mengangguk, "Sepertinya saya harus permisi nona, terimakasih telah meluangkan waktumu. "

"Ah tak apa Rin, kamu sudah ku anggap seperti adikku. Sampai jumpa, " Mereka berdua berpamitan selayaknya kaum hawa.

"Permisi nona, " pamit Rios dan dibalas anggukan oleh Lusi.

'Wajahnya, agak mirip kamu Ar'-batin Lusi.

***

Setelah turun dari jet pribadinya, entah apa yang merasuki Rinai sehingga kebiasaannya berteriak ia terapkan di sembarang tempat.

RINAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang