3) pilihan

153 11 2
                                    

Malam terasa sangat sejuk karena angin yang berhembus kencang menyentuh tubuh mungil Dania. Dania sekarang sedang ada di teras rumahnya, memikirkan nasib perasaannya yang semakin bertambah setiap harinya.

Ketika Dania sedang asik menyelami pikirannya. Ada sesosok makhluk di belakangnya yang siap untuk mengganggu.

"Woy!" teriak makhluk itu.

"Kak!" bentak Dania kepada makhluk tersebut dengan wajah kagetnya. Makhluk itu adalah kakaknya, kakaknya memang paling suka datang tiba-tiba lalu mengagetkannya begitu saja.

Putra tertawa terbahak-bahak ketika melihat ekspresi adiknya.

Reyhan Putra Rafasya, kakak dari Dania. Putra sosok cowok yang tampan, humoris, aktif dan baik hati. Putra kini kerja di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.

"Apaan sih," kata Dania sebal.

Putra hanya cengengesan tidak jelas sambil menatap langit yang dipenuhi bintang.

"Mau ngapain ke sini? sudah malam juga, bukannya tidur." lanjut Dania.

"Harusnya gue yang tanya sama lo, kenapa jam segini di luar? Kenapa nggak tidur?" tanya putra.

"Gue belum ngantuk." jawab Dania dengan santai.

"Tumben, atau jangan-jangan lo ada masalah ya?" tebak Putra.

Dania memelototkan matanya. "Apa? Nggak ada, sok tahu lo." elak Dania.

"Ada masalah, kan? Lo galau ya? Habis putus? Emang lo ada pacar? Perasaan gue lo nggak punya pacar deh," cerocos Putra yang membuat Dania ingin mencakarnya.

"Emang kalau galau harus punya pacar? Nggak juga kan?" jawab Dania.

Putra hanya mengangguk.

"Cepetan cerita sama gue lo kenapa?" Dania menghela napasnya dan mengganti posisi duduknya jadi berhadapan dengan Putra.

"Jadi gini, tadi kan lo nggak bisa jemput gue terus ada cowok yang ngajak gue pulang bareng. Lo tahu tuh cowok siapa?"

Putra mengerutkan keningnya bingung. "Nggak tau," jawab Putra.

"Itu cowok yang gue suka, kalau kata orang gebetan. Gue sudah suka sama dia dari masuk SMA."

"Ya kalau masalahnya itu, lo tanya saja langsung sama dia, dia suka nggak sama lo atau lo deketin dia."

Dania masih diam, ia sebenernya malas menjawab ucapan kakaknya tapi dia sudah terlanjur cerita semuanya kepada Putra. Jadi, dia harus mendengarkan apa yang dikatakan Putra. Bisa jadi itu adalah saran atau masukan yang baik.

'Eh, nggak lah enak aja masa gue yang harus deketin dia? Nanti dikiranya gue cewek murahan. Nggak, Intinya nggak!' batin Dania kesal

"Nggak mau. gue cewek ya kali gue ngelakuin itu," kata Dania.

"Gengsian lo. " ucap putra sambil berdiri dan lemudian berjalan menuju kembali ke kamarnya.

Dania menatap Putra galak, seandainya ia punya kekuatan pasti sudah ia musnahkan Putra dari muka bumi ini.

***

Alvin datang ke kafe Zilvior tempat biasa dia dan teman-teman tim basketnya kumpul. Alvin datang dengan Ikhsan.

Mereka semua berkumpul untuk membahas temntang rencana mereka melawan tim basket SMA lain.

"Jadi gimana? Lo semua udah siap?" tanya Devan.

Devan merupakan pemimpin tim basket SMA Perjuangan, Devan sangat berpengaruh dalam tim basket pasalnya ia sangat jago bermain basket karena skillnya yang luar biasa. Kedewasaannya yang menjadikannya terpilih sebagai leader basket sekolahnya.

KANVAS LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang