18' DEBAT

68 4 0
                                    

●○○

Setelah HUT sekolah, kini waktunya SMA perjuangan akan tanding dengan SMA Cahaya Bakti. Pertandingan ini di laksanakan di SMA Perjuangan dan Devan sebagai ketua tim basket sudah mempersiapkan seluruh anggotanya semaksimal mungkin.

"Kalian siap?" Tanya Devan yang berdiri di hadapan tim nya.

"Siap.." jawab semuanya.

Mereka sangat bersemangat hari ini karena telah sekian lama, akhirnya mereka bertanding kembali dengan SMA Cahaya Bakti.

"Ok. Gue harap kalian semua sportif saat tanding nanti, seperti yang gue bilang, gue nggak mau ada keributan di pertandingan ini. Keributan sama tim sendiri atau pun tim lain, paham?" Kelas Devan sambil melirik sekilas ke arah Rama.

Rama yang di lirik hanya memutar bola mata.

"Paham." Jawab semuanya.

Devan jalan menuju tempat di mana osis tengah berkumpul. Namun, saat ia sampai di sana. Hanya ada 3 orang saja. Siapa lagi kalau bukan Dania cs.

"Cuma lo bertiga di sini?" Tanya Devan dengan wajah datarnya.

"Iya kak, yang lain pergi ke ruang osis." Jawab Meylani.

Devan mengangguk paham lalu melanjutkan bicaranya. "Kalau gitu, gue mau l--",

"Bentar kak, gue lupa tadi di suruh bawah spanduk ini ke ruang osis. Gue pergi dulu yah." Sella Meylani lalu pergi dari hadapan Devan. Devan hanya diam dengan wajah datarnya. Ia melihat Dania juga pergi menemani Meylani. Dan tersisa Wulan.

"Lo osis?" Tanya Devan yang berjalan menuju Wulan.

Wulan menoleh dan sedikit kaget kenapa Devan ada di sini. "Kak Devan? Kok kakak ada di sini? Bukannya pertandingan udah mau di mulai?" Heran Wulan dengan melirik ke arah lapangan basket.

"Hari ini gue minta lo siapin air minum buat tim gue", ucap Devan to the point karena ia malas basa-basi.

"Hah? Gue?" Tanya Wulan dengan menujuk ke dirinya sendiri.

"Hm." Jawab Devan.

"Nggak mau."

"Kenapa?" Tanya Devan dengan mengerutkan dahinya.

"Kan banyak anggota osis yang lain, kenapa harus gue?"

"Lo osis di sini. Bukannya ini tugas lo untuk nyiapin semuanya?" Ucap Devan dengan menatap Wulan tajam.

"Tapi gue nggak mau. Gue lagi banyak kerjaan." Tolak Wulan. Devan hanya menghela napasnya.

Saat Wulan ingin beranjak dari hadapan Devan. Tiba-tiba dengan cepat Devan sudah lebih dulu mencekal tangannya.

"Osis bukan cuman lo doang kan? Nggak mungkin semua pekerjaan lo yang ngerjain." Ucap Devan dingin. Yang di bilang Devan benar juga. Banyak osis yang lain, tidak mungkin semuanya Wulan yang kerjakan.

"Iya. Tapi gue juga banyak pekerjaan." Balas Wulan tanpa memperdulikan tatapan maut Devan. Sungguh. Devan sangat malas berdebat seperti ini, apalgi bersama cewek.

"Lo mau tim kehausan, hah!" Bentak Devan membuat Wulan terlonjak kaget.

"K-kok kak Devan ngomong g-gitu? Yang lain kan ada kak." Wulan masih menolak.

"Gue juga nggak tau kenapa gue ngomong gitu. Ada yang aneh sama perasaan gue." Batin Devan.

Devan hanya bisa menghela napas sembari memejamkan matanya. Cewek di hadapannya ini membuat ia kehilangan kesabarannya.

KANVAS LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang