36' GALAU ?

47 5 0
                                    

●○○

Setelah pulang dari sekolah, di sepanjang perjalanan Devan hanya diam memikirkan tentang ucapan kepala sekolah tadi. Ada rasa teramat bahagia di dalam hatinya namun ada rasa sedikit sedih, dan dia pun tidak tau kenapa rasa sedih itu muncul. Namun, saat sampai di depan rumah Devan baru saja mengingat sesuatu.

"Eh,Wulan pulang sama siapa tadi? Kenapa gue nggak lihat dia?" Tanya Devan pada dirinya sendiri.

"Ck, ngapain urusin juga." Devan masih berbicara pada dirinya sendiri.

Devan memakirkan mobil nya di bagasi dan masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum." Salam Devan.

Namun tidak ada yang menjawab, Devan menghela nafasnya.

"Gue pulang." Teriak Devan.

"Udah tau." Ucap seorang cowok yang keluar dari kamar mandi.

"Tapi nggak jawab salam gue." Balas Devan sambil duduk di sofa dan di ikuti oleh cowok itu.

"Gimana?" Tanya cowok itu.

Devan menaikkan satu alisnya.

"Hasilnya udah keluar?"

"Kok lo tau?"

"Taulah, tadi kepala sekolah lo telfon gue."

"Oh." Ucap Devan singkat.

"Kegiatan lo sama Alvin dan Ikhsan,jadi?"

Devan menoleh.

"Hm. Bang, menurut lo gimana?" Tanya Devan. Cowok itu adalah Delon, abangnya.

"Apa?"

Devan tidak menjawab, namun Delon sudah tau apa yang di maksud Devan.

"Gue sih terserah sama lo. Lo udah gede, pasti udah bisa mutusin sesuatu." Jawab Delon.

"Kalau keputusan gue nggak sama seperti apa yang gue harapin gimana, bang?"

"Van, yakin sama hati lo, oke? Dan jangan nyerah. Lo pinter gue yakin hal yang lo impikan akan datang." Ucap Delon meyakinkan adiknya itu. Delon tau Devan sangat menginginkan hal tersebut, bahkan sebelum orang tua mereka meninggal. Di balik sikapnya yang cuek dan dingin, Devan masih memiliki sikap yang pantang menyerah dalam melakukan/menginginkan sesuatu dengan usahanya sendiri.

Devan mengangguk paham. "Iya, Bang." Balas Devan.

"Oh iya, kak Dita kemana?" Tanya Devan sebelum ke kamarnya.

"Ke rumah temennya." Jawab Delon.

"Eh, Van ini kan masih jam 4 sore, lo mau temenin gue ke kantor nggak? Si--."

"Nggak." Jawab Devan cepat. Devan pun langsung pergi ke kamarnya.


○●○

Perjalanan yang cukup lama karena harus singgah di rumah Meylani dan Wulan untuk mengambil baju mereka, akhirnya Dania sampai di rumahnya bersama Meylani dan Wulan. Setelah memakirkan mobilnya di garasi mereka bertiga pun turun dan masuk ke dalam rumah. Tapi saat masuk ke dalam Dania mendengar suara keributan di taman belakang rumahnya dan ternyata itu adalah Putra kakaknya bersama teman-teman kampusnya. Saat ingin menaiki tangga menuju kamar, tiba-tiba saja mereka bertiga menghentikan langkahnya.

KANVAS LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang