34' D I A

63 8 0
                                    

Cuaca pagi hari ini tidak secerah biasanya. Hujan yang sangat deras membasahi dedaunan dan jalanan. Pancaran warna terang dari langit kini berubah menjadi mendung.

Kabut pagi menciptakan hawa dingin yang menusuk kulit. Seorang gadis dengan seragam abu-abunya dan cardigan warna biru muda nampak berdiri di halte sambil menunggu taksi yang lewat. Dan berharap hujannya segara reda,namun bukannya reda hujannya makin deras.

Gadis itu adalah Wulan. Wulan? Ya, Wulan. Biasanya dia bawa mobil ke sekolah dan tidak pernah di antar orang tuanya ataupun naik taksi, mungkin hari ini adalah hari sialnya. Ia bangun telat dan ban mobilnya kempes, tidak ada waktu untuk membawanya ke bengkel.

Hampir setengah jam Wulan menunggu taksi yang lewat namun, taksi tidak nampak sama sekali. Wulan melihat jam di pergelangan tangannya "What! Udah jam setengah tujuh?" Sedikit lagi pagar sekolah akan di tutup.

Merasa tidak ada pilihan lain, Wulan lari menuju tempat yang sering di lewati taksi. Saat ingin berlari ...

Tin..tin..

Suara klakson mobil mengejutkan Wulan. Wulan berhenti dan melihat siapa orang yang ada di dalam mobil tersebut.

"Masuk!" Ucap Cowok itu sedikit teriak.

Kedua mata Wulan membulat sempurna saat melihat orang itu.

"Kak Devan? Mimpi apa gue semalam jir."

"E-eh nggak us-"

"Masuk gue bilang!" Teriak Devan. Mendengar teriakannya entah mengapa Wulan langsung masuk ke dalam mobilnya.

Mobil Devan pun melaju kencang, di dalam perjalanan tidak ada yang berbicara. Devan sibuk fokus menyetir dan Wulan memperhatikan wajah Devan yang semakin hari semakin dingin dan tampan, sungguh.

"Nggak tau lagi deh gue sama lo kak. Lo gantengnya kebangetan, penasaran gue sama emak bapak lo kek gimana, kok anaknya bisa ganteng parah kayak gini." Batin Wulan.

"Kenapa nggak bawa mobil?" Pertanyaan itu berasal dari Devan.

Wulan menoleh. "Bannya kempes kak, terus bangun telat, jadinya nggak ada waktu buat ke bengkel." Jawab Wulan.

"Meylani dan Dania?"

"Mereka udah deluan kesekolah."

Devan tidak menjawab, ia hanya mengangguk.

Hening kembali terasa. Diiringi hujan deras serta guntur yang saling bersahutan.

"Kak, gue matiin ACnya ya?" Ucap Wulan,ia meresa suhu udara pagi ini semakin dingin.

"Hm." Balas Devan. Wulan pun mematikan ACnya.

***

Setelahnya, tiba-tiba saja rasa gugup dan taku pun menghampiri Wulan. Ia takut saat sampai di sekolah ia akan di amuk masa oleh fansnya Devan. Mengingat, cowok di sampinya ini memiliki fans yang sangat banyak dan rata-rata cewek. Wulan yang dari tadi memandang Devan,segara memalingkan kepalanya ke luar jendela.

"Bisa-bisa badan gue remuk semua kalau di amuk sama cewek-cewek alay. Apa lagi, denger kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Ampun deh, rasanya gue pengen sumpel dengan kaos kaki." Lanjut Wulan dalam hati.

Akhirnya mereka sampai di sekolah,mereka sampai tepat saat pak satpam akan menutup pintu gerbang.

Devan mematikan mesin mobilnya dan melepas saftblet yang ia kenakan. Beda halnya dengan Wulan,ia malah melihat ke seluruh sudut sekolahnya ternyata masih ramai.

KANVAS LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang