11) ANNOUNCEMENT

80 7 0
                                    

Pagi yang amat sangat cerah, seorang siswi sedang berjalan melewati koridor sekolah sendirian.

"Wulan, tunggu!" Siswi tersebut adalah Wulan.

Hari ini ia masuk sekolah karena merasa dirinya sudah baika, sekalipun pucat masih menghiasi wajahnya.

Wulan pun berhenti dan memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggil.

"Kenapa lo berdua?" tanya Wulan yang melihat kedua sahabatnya dengan napas yang tidak beraturan.

"Kejar lo lah bego! Lo udah sembuh?" tanya Dania sembari mengatur napasnya.

Wulan tersenyum. "Udah."

"Ok. Tapi, lo jangan ikut upacara dulu," perintah Meylani.

Wulan mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?"

"Ya lo kan baru sembuh. Ni juga cuacanya panas banget nanti lo pingsan gimana?"

Wulan mengangguk. "Yah udah deh gue di kelas aja."

Mengingat apa yang di katakan Dania benar juga, toh kalau dia pingsan bakal repotin semua orang.

"Eh, nggak, lo nggak di kelas, gue anterin ke UKS. Sebentar kalau guru-guru pada periksa semua kelas gimana? Mau lo keciduk, terus dihukum?" jelas Meylani.

"Iya Mey, lo ke kelas aja duluan, habis itu lo langsung ke lapangan. Gue anterin Wulan dulu," sahut Dania lalu diberi anggukan oleh Meylani.

Bunyi bel menggema di seluruh koridor sekolah, menandakan bahwa upacara akan segera dimulai.

"SEMUANYA MEMBENTUK BARISAN! TIDAK PAKAI MULUT! UPACARA AKAN SEGERA DI MULAI," teriak salah satu guru.

Senin pagi di SMA Perjuangan diawali dengan kegiatan upacara. Para siswa dan siswi maupun petugas sedang mempersiapkan diri mereka masing-masing.

Dania berlari menuju barisannya yang sudah rapih dengan posisi ia di paling belakang. Namun, ada yang melihatnya dan menyuruhnya untuk maju.

"Woy, Dania kecil, maju lo sini ngapain lo di belakang," suruh seorang cowok.

"Nggak mau!" tolak Dania.

"Maju nggak?!"

"Nggak! Maksa banget sih," seru Dania.

Meylani yang melihat itu hanya menahan tawanya.

"Lo maju," suruh cowok itu lagi sambil menunjuk ke arah Dania.

"Gue nggak mau," tolak Dania sekali lagi.

"Lo maju atau gue nikahin!"

Dania melotot dan ia hanya bisa menghela napas.

"Iya, iya ini mau maju," pasrah Dania. Demi apapun cowok di hadapannya ini sangat menyebalkan.

"Nikah nikah, nikah bapak lo."

"Nah gitu, lo kecil aja paksa banget di belakang," ucap cowok itu lagi saat Dania sudah di depan, lebih tepatnya berada di sampingnya.

KANVAS LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang