"KAMPRET BANGET NIH JERAWAT!" Teriak Arci sambil menunjuk jerawat yang berada di jidatnya.
"Huhu sakittt." Rengek Arci sambil mengerucutkan bibirnya. Pengen banget dia pites benda (?) Mungil yang bertengger dengan indahnya, karna sumpah demi apapun, JERAWATAN TUH SUCKID RASANYA T_T
Tangannya meletakkan cermin yang sedari tadi ia pegang. Bete banget dia tuh sama jerawat yang tiba-tiba muncul dijidatnya. Padahal, dia itu rajin membersihkan wajahnya dengan facial wash.
LINE!
Arci segera meraih handphone yang sedari tadi tergeletak diatas nakas. Setelah menggeser ikon kunci, ia mendapat satu notifikasi dari Nadhira.
Na_dhiraa
Gue lagi bingung nih ciHarshita_21
Bingung kenapa?Nadhira tidak langsung membalasnya, tapi pesan yang Arci kirim sudah terbaca. Mungkin gadis itu tengah berpikir disana.
Na_dhiraa
Gk jadi deh,besok aja gue ceritainArci mendengus kesal,
"Terus ngapain lo ngechat gue sih nyet! Nyesel gue penasaran."Harshita_21
Nyesel gue nanya:)Na_dhiraa
Gk enak bangsul kalo cerita lewat chatHarshita_21
Lo gk lagi kode ngajak meet up kan?Na_dhiraa
YA KAGAKLAH ANJ! OGAH BANGET GUE NGABISIN BENSIN BUAT JEMPUT LO!"Ngegas nih cewek." Gumam Arci.
Harshita_21
YA GAK USAH NGEGAS DONG BEGO!Na_dhiraa
YA MAAP! CAPSLOCK GUE JEBOLHarshita_21
Jebol? Kek keperawanan lo dong☻Na_dhiraa
Lo tau monyet gk ci?Harshita_21
Kagak, yg gue tau cuma kak rei doangNa_dhiraa
Nah itu! Kak rei itu mirip banget sama monyetHarshita_21
Sialan"Astaghfirullah." Gumam Arci membaca melihat roomchatnya dengan Nadhira yang penuh sekali dengan umpatan.
"Banyak dosa gue lama-lama chat sama nih kunyuk!" Dengus Arci sambil meletakkan bahkan setengah membanting handphone hitamnya diatas kasur.
Ceklek
Pintu kamarnya terbuka dari luar, tak lama kemudian munculah sang Bunda yang melongokkan kepalanya kedalam kamar Arci.
"Sayang, turun dulu yuk! Makan malam bareng Ayah sama Dedek." Ajak Bunda Arci, panggil saja beliau Bunda Tyas.
Arci menoleh kearah Bundanya sambil tersenyum kalem. Emang ya, si Arci kalo udah di depan keluarga auranya tuh kalem,sopan, lemah lembut persis kek putri keraton. Beda banget kalo udah bareng sama sahabat sia-eh tersayangnya.
"Iya Bun, ayo!" Sahut Arci sambil berjalan mendekati Bunda Tyas dan mengamit lengannya untuk bersama menuju ke ruang makan.
-------------------------------------
Brakk
Sapaan selamat pagi yang khas sekali datang dari Arci.
"POKOKNYA LO HARUS CERITA! LO KENAPA TADI MALEM HAH?!" Tanya Arci dengan nada ngegas andalannya, tepat di depan wajah Nadhira.
Nadhira memejamkan matanya kaget, lalu dengan keras tapi pasti ia mendorong wajah Arci, hingga membuat gadis itu terduduk di hadapannya.
"Bisa gak sih lo tuh gak toa' sehariiii aja? Suara lo tuh udah persis kayak kaleng rombeng tau gak?!" Sebal Nadhira.
Arci menatap sinis kearah Nadhira,
"Udahlah! Gak usah banyak cincong lo! Cepetan cerita!""Udah gue duga suara gaib ini berasal dari Arci." Fay yang entah datang darimana tiba tiba menyahut saja dan duduk dibangkunya.
"Sssttt" Tukas Arci sambil menempelkan telunjuknya di hidung Fay.
"Gue. Gak. Punya. Urusan. Sama. LO!" Ucap Arci kembali ngegas.
Fay hanya memutar bola matanya malas, tangannya refleks mengambil jajanan yang telah ia beli sebelumnya, sambil mengunyah ia menjawab,
"Yaudin sih, gue juga gak peduli peduli amat."Nadhira mendengus sebal, lalu secara spontan ia membalik tubuh Arci hingga menghadap kearahnya,
"Lo mau dengerin cerita gue kan?" Tanya Nadhira serius.Arci mengangguk heboh menaanggapi.
"Tapi lo harus janji, jaga rahasia ini seaman mungkin."
Arci mengangguk pasti, dan jangan lupakan ekspresinya yang menunjukkan keseriusan.
Setelah merasa yakin, Nadhira memulai ceritanya, dengan suara yang sangaaat kecil. Hingga Fay tidak mendengarnya sama sekali, gadis itu tengah menikmati snacknya dengan khidmat.
"Gue kayaknya lagi falling in love sama salah satu kakak kelas,namanya Kak Dwi." Ucap Nadhira dengan wajah yang sedikit bersemu merah.
"Terus terus." Sahut Arci tak sabaran.
"Dia satu ekskul sama gue, ekskul Sains."
Arci mengangguk faham,
"Namanya...... Kak Dwi Wijaya bukan?"Nadhira melotot kaget,
"Nah bener! Kok lo tau sih?"Arci tersenyum kecil,
"Yaiyalah! Orang dia satu SMP sama kita. Jangan bilang lo gak tau ya?"Nadhira mengangguk faham,
"Pantesan wajahnya kek familiar banget gitu buat gue. Ternyata satu SMP toh."Arci tersenyum menggoda,
"Kayaknya bentar lagi ada yang satu spesies sama gue nih." Goda Arci sambil menaik turunkan kedua alisnya."Ish lo mah!" Gerutu Nadhira merasa malu.
"Awokwokwok." Kan aneh banget ketawanya si Arci.
"Eh tapi, gue harus cerita ke Fay sama Anna gak ya?" Tanya Nadhira meminta saran.
Arci menghentikan tertawanya, ia langsung berfikir
"Jangan dulu deh, kan lo belum tau juga bakalan suka apa nggak sama si pak ketu.""Tunggu? Apa? Pak ketu?"
"Yo'i! Dia ketua klub Sains kan?" Tanya Arci memastikan.
Nadhira mengangguk,
"Nah itu nama julukan buat Kak Dwi, inisial lah bahasanya." Arci menjawab."Oke oke gue setuju, mulai sekarang nama panggilan dia itu Pak Ketu." Sambung Nadhira sambil mengetukkan telapak tangannya ke meja sebanyak tiga kali.
"Mulai gaje~" Fay bersenandung melihat tingkah bar bar kedua sahabatnya.
Namun sayang, Arci dan Nadhira terlalu sibuk bergosip sehingga tidak mendengarkan senandung Fay.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Teen Fictionini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...