Arci menaiki tangga setapak demi setapak dengan semangat, ini kali pertamanya memasuki kelas yang berada di lantai atas. Maklum lah, Arci nih bukan termasuk anak penjelajah, letak kelas 12 aja dia gak tau urutan kelasnya, ia hanya mengetahui kelas XII MIPA 1.
Saat sampai di tengah perjalanan, rambut ponytail Arci tertiup angin cukup kencang dari arah kanan, membuatnya menoleh antusias.
Senyum Arci terlukis lebar, ia benar benar takjub akan pemandangan yang ia tatap. Hamparan sawah hijau yang terhampar luas, benar benar memanjakan netranya, apalagi ia tengah berada di lantai atas saat ini, semuanya terlihat jelas.
"But when i'm way up here, it's crystal clear." Arci bersenandung pelan sambil menempelkan tubuhnya di pembatas besi.
Kalo gue teriak, mereka pada denger gak ya?-batin Arci sambil menatap beberapa petani yang tengah membajak sawah.
"Dicoba aja dulu, mumpung sepi ini." Gumam Arci.
Setelah menengokkan wajahnya ke kanan dan kekiri, Arci tersenyum tipis, lalu kakinya sedikit berpijak pada pijakan yang terdapat pada pembatas besi, tidak terlalu tinggi kok.
"BAPAAK!!" Arci berteriak lantang dengan wajah penuh kegembiraan, padahal itu hanya hal yang sangat sepele,bahkan terkesan konyol.
Teriakan Arci mampu membuat dua orang petani yang tengah membajak sawah menoleh kearahnya.
Arci tersenyum lebar, sambil mengangkat satu tangannya ia kembali berteriak,
"SEMANGAT KERJANYA BAPAK!"Para petani disana hanya tertawa melihat tingkah gadis berseragam putih abu abu yang meneriaki mereka, lalu salah satu diantaranya mengacungkan jempol kearah Arci.
Arci membalasnya tak kalah semangat, ia tersenyum sangat lebar membalasnya.
Sangat bar bar
-------------------------------------
Arci memasuki ruang ujiannya, yakni kelas XI IPS 3, ujiannya dibagi menjadi dua sesi.
Sesi pertama untuk kelas X,dan sesi kedua untuk kelas XI dan XII.Yah... gak bisa ketemu kakak gebetan dong:(
"Kursi gue dimana sih?" Tanya Arci pada dirinya sendiri, ia adalah siswa pertama yang memasuki kelas.
Arci menelusuri meja dari pojok kanan, duduknya acak nih, gak menurut absen. Btw, si Anna harus pisah ruangan sama Arci dkk (dan kunyuk kunyuk), sistemnya diacak, jadi gak menurut absen lagi. Lah.. kok bisa gitu?
Ya terserah author dong:D
"Abuset! Si Fay duduk didepan nih! Mampus lu Fay!" Arci menatap kaget meja Fay.
"Lo gak kesurupan kan Ci?"
"Astaghfirullah!" Arci terperanjat kaget.
Entah kapan datangnya si Bani, cowok bertubuh jangkung itu tiba tiba sudah berada di sampingnya, dengan ransel yang masih ada di punggung.
"Kalo dateng itu salam dulu! Jangan langsung muncul kayak jailangkung!" Kesal Arci sambil menatap Arci.
Bani menatap Arci heran,
"Sok sok'an lo bilang jailangkung, nanti di datengin kelar dah idup lo!"Arci melotot kearah Bani, tangannya menabok pelan lengan Bani, kepalang kesal dengan ucapan cowok itu.
"Lo tuh kalo ngomong difilter dulu dong!" Sungut Arci.
Bani mengusap lengannya yang terkena tabokan Arci, lalu berlalu mencari bangkunya sendiri.
"Dih pundung!" Celetuk Arci.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Teen Fictionini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...