BAB 23

50 5 0
                                    

Lanjutan part sebelumnya...

Arci berlari sekencang mungkin menuju kelasnya, bukan karena takut telat, tapi karena jantungnya lagi guling lenting di dalam sana.

Bruk

"Eh copot copot.." Fay memekik kaget ketika Arci duduk di bangkunya dengan tidak sabaran.

Nadhira menatap Arci heran,
"Lo kenapa sih Ci?"

Arci diam saja, matanya menatap kosong ke depan sana. Seolah raganya saja yang ada disini, jiwanya mungkin sedang melanglang buana entah kemana.

Tatapan Fay berubah menjadi horror, ia melihat tatapan kosong itu, ditambah dengan mulut Arci yang sedikit terbuka.

"Temen lo kenapa sih Ra?"

Nadhira menggeleng, matanya masih menatap Arci,
"Gue juga gak tau.."

"Ci.." panggil Nadhira sambil menggoyangkan bahu Arci, pelan.

Masih tidak ada sahutan.

Fay menarik nafasnya, mengumpulkan oksigen sebanyak mungkin, sebelum..
"LO KENAPA SIH TOLOL?!" Berteriak tepat di depan wajah Arci.

Arci mengerjap kaget, jiwanya seolah ditarik paksa untuk keluar dari tempat persembunyian.

"H-hah?"

Nadhira menghembuskan nafas lega,
"Alhamdulillah, gue kira lo kesurupan Ci."

"Ck! Ngaco lo ah!"

"Ya makanya, jangan diem diem mulu! Tambah keliatan tololnya." Celetuk Fay.

Arci tak mengindahkan ucapan Fay, ia masih berusaha menetralkan detak jantungnya, yang sialnya masih asik bergemuruh di dalam sana.

Nadhira menatap Arci dari atas sampai bawah, memeriksa apakah ada yang janggal, yang menjadi penyebab Arci berwajah nolep,
"Lo... tumben lo nenteng helm sampek ke kelas?"

Mata Arci langsung membulat sempurna, ia lupa bahwa helmnya masih nangkring di tangannya.

"Iya juga ya, biasanya kan helm lo langsung dibawa balik sama nyokap atau nggak bokap lo." Timpal Fay.

"I-itu.."

"ARCI!!!!"

Kalimat Arci terhenti ketika sosok Anna masuk ke kelas dengan meneriakan namanya, gadis itu berdiri disamping Arci dengan mata melotot dan dada yang naik turun, ngos ngosan.

Anna menghirup nafas,
"LOBARENGSAMAKAKREIYA?!"

Mengucapkan sederet kalimat tanpa jeda sama sekali, dan hal itu dapat didengar oleh ketiga sahabatnya, bahkan satu kelas.

Hening seketika, mereka semua shock dengan pernyataan Anna.

Sampai...

"APA?!" Mereka memekik secara bersamaan.

Glek

Arci menelan salivanya gugup, sambil menatap horror kearah Anna.

"N-nannnti gu-gue jelasin."

-------------------------------------

"Wah wah wah... udah kek di drakor ye idup lo." Celetuk Fay setelah Arci menjelaskan peristiwanya secara detail.

"Jadi selama ini lo suka sama Kak Rei?" Tanya Fitri yang duduk disebelah Anna.

Arci mengangguk lemas, apalah daya, nasi sudah menjadi bubur.

TulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang