BAB 7

36 5 0
                                    

Jam pelajaran ke 5 di X MIPA 2, diisi dengan pelajaran yang sangat disukai oleh Arci. Fisika. Favoritnya nih. Jangan salah ya, bobrok bobrok gini, Arci lumayan jago soal hitung menghitung rumus.

Netra hazel Arci menatap fokus kearah papan tulis yang dipenuhi dengan tulisan rumus yang cukup membuat pusing para pelajar itu.

Materinya seputar gerak melingkar, cara mencari periode, frekuensi, omega, dan kecepatan linear pada roda seporos.

"Jadi, pelajaran fisika itu, erat kaitannya dengan ilmu matematika." Jelas Pak Mukhtar sambil berjalan mendekati bangku Fay yang berada di paling depan.

Pak Mukhtar mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, menatap satu persatu muridnya,
"Kalo ilmu matematika itu rumit, tapi mudah dimengerti." Ucap Pak Mukhtar serius.

Arci, Nadhira, Fay, dan Anna kompak menganggukkan kepala setuju,
"Yang rumit dan gak bisa dimengerti itu cuma matematika cinta." Lanjut Pak Mukhtar.

Pyarr

Itu ibaratkan suara pecahnya konsentrasi para siswa siswi X MIPA 2 yang terkenal akan kebucinannya itu.

"HAHAHAHAHA."

"AWOKWOKWOKWOK."

"ACIKIWIRRR."

"WADIDAW AKU TERTOHOK!"

"CINTA INI! KADANG KADANG TAK ADA MTK!"

"ASEK ASEK JOSS."

Nah kan jadi rame, emang klop banget dah, guru bucin disatukan sama murid penerus generasi bucin kelebihan micin.

Ting nong

Bel tanda berakhirnya jam pelajaran fisika di hari Rabu.

"Baiklah anak anak, terimakasih atas waktunya, wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh." Pamit Pak Mukhtar sambil mengemasi bukunya dan beranjak keluar kelas.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab siswa siswi X MIPA 2 secara serempak.

"Wagelaaa sih Pak Mukhtar! Selaluuu aja ngebucin setiap saat, setiap waktu." Arci benar benar gagal move on  dari kejadian menggemparkan beberapa menit yang lalu.

Nadhira tertawa ringan menganggapinya,
"Cocok dah lu sama dia! Sama sama bucin!"

Arci tersenyum manis mendengarnya, ia memangku kepalanya dengan kedua tangan, matanya menatap keatas, tengah membayangkan sesuatu.

Fay yang sedari tadi menjadi saksi hidup percakapan Arci dan Nadhira, ia mendengus melihat tingkah Arci, ia sangat tahu apa yang sedang dibayangkan oleh Arci.

Tangan Fay secara naluriah melempar gumpalan kertas coretan yang sedari tadi ia pegang, melemparnya dengan keras kearah Arci yang masih bergelut dengan lamunan gila-nya.

"Pak Mukhtar udah punya istri bego!" Cecar Fay sambil menatap sengit Arci.

Arci yang menerima serangan mendadak seperti itu hanya bisa terkaget, tangannya mengusap keningnya yang terasa sakit karena lemparan Fay.

"Bener bener tolol lo Ci!" Nadhira menambah daftar cecaran untuk Arci dihari ini.

Anna hanya bisa tertawa melihat kejadian pembataian di depan matanya,
"Hahahaha, kagak ada otak lo Ci! Istighfar! Masih ada Kak Rei yang bisa lo bucinin." Nah kan, Anna jadi ikut ikutan.

Arci hanya bisa mendengus kesal menanggapi, tangannya mengibas pelan di depan wajah ketiga sahabatnya yang masih betah tertawa.

-------------------------------------

TulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang