Arci dan Anna kompak menahan nafas melihat sesuatu di depannya, mereka melihat Fay yang terduduk lemas disamping anak kecil yang mengalami luka cukup parah dibagian dahi, bibir, siku, lutut, dan telapak kakinya.
Arci menatap Nadhira yang berdiri dibelakangnya, bahu Nadhira bergetar kecil, berusaha menahan tangis.
Dari sini Arci sudah tau apa yang sedang terjadi, ia langsung memeluk tubuh Nadhira yang tingginya berbeda jauh dengannya.
"Sstt, tenang dulu ya? Ceritain pelan pelan ke gue." Bisik Arci sambil mengusap pelan punggung Nadhira.
Nadhira mengangguk pelan,
"Ta tadi... Fay mau ngin ngindari hiks lubang di jalan...."Arci mencoba mendengarkan dengan saksama penuturan Nadhira yang bercampur dengan senggukan itu, tangannya tidak berhenti mengusap punggung Nadhira.
"Terus... ada hiks anak kecil lari dari sam samping jalan hiks jadinya kesenggol sama hiks motornya Fay, anaknya jatuh hiks ke aspal..."
Tangis Nadhira kembali pecah, membuat warga sekitar yang bergerombol disitu menatapnya iba.
Anna mengusap pelan bahu Fay, membuat gadis itu menoleh kearah Anna,
"Disini gak ada warung atau toko?" Tanya Anna kepada salah satu warga di depannya."Nggak ada dek, disini udah masuk daerah pelosok soalnya." Jawab warga itu.
Fay menghela nafas sambil mengusap kening anak kecil yang duduk sambil bersandar di pohon,
"Maafin kakak ya dek."Melihat Fay yang menitikkan air mata membuat Anna segera menghapusnya, ia juga sedang panik saat ini, tapi tidak bisa berbuat apa apa.
"Saya gak papa kok kak, antar saja saya kerumah." Ucap anak kecil itu, usianya sekitar 8 sampai 9 tahun, mungkin (?)
Fay menggeleng, bagaimanapun juga, ia akan bertanggung jawab,
"Kakak bakal pulangin adek kalo udah tanggung jawab."Tiba tiba ada 3 orang cowok yang mengenakan seragam salah satu perguruan silat berjalan kearah mereka, salah satunya berbicara.
"Gini aja deh, kita bantu bawa adeknya ke puskesmas terdekat."
Arci mendekat, salah satu tangannya masih setia merangkul Nadhira,
"Emangnya gak papa? Nanti kalian repot loh."Cowok lainnya, yang berseragam sama, namun paling tampan diantara lainnya menatap Arci,
"Gak papa kok, bahaya kalo kalian bawa motor pas keadaannya panik gini."Coba saja situasinya sedang tidak mencekam seperti ini, mungkin Arci sudah melting sampai ubun ubun ditatap sedalam itu oleh cogan.
Tapi untungnya Arci masih waras,
"Yaudah kalo gitu, kita gak punya pilihan lain."-------------------------------------
"Hahh!" Keempat orang gadis yang sedang duduk di teras rumah Nadhira kompak menghela nafas, merasa lega. Rumah Nadhira tengah sepi, Mamanya sedang pergi keluar, dan Papanya sedang bertugas di salah satu rumah sakit swasta di daerah perkotaan, fyi nih ya, Papa Nadhira adalah seorang perawat.
Otak keempatnya masih memutar rangkaian kejadian yang baru saja mereka alami, terus berulang ulang seperti kaset rusak.
Anak kecil-yang diketahui bernama Erwin- sudah ditangani oleh pihak medis dan sudah diantarkan pulang ke rumahnya, yang ternyata cukup jauh dari tempat kejadian perkara.
Ketiga cowok silat itu juga sudah total membantu Arci dkk, mereka mengantarkan Erwin ke puskesmas, dan ikut mengantarkan Erwin pulang kerumahnya, bahkan mereka juga sudah menjelaskan kepada orangtua Erwin tentang kejadian yang sebenarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Roman pour Adolescentsini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...