BAB 19

40 4 2
                                    

Arci menggerakkan jemarinya, membuatnya bergerak lincah menuliskan rumus rumus dan perhitungannya diatas kertas polos putih.

Hanya tinggal 5 soal lagi, maka ia sudah menyelesaikan soal ujian fisikanya, ujian terakhirnya.

Arci tersenyum tipis, akhirnya ia menemukan semua jawaban yang ia cari beberapa waktu lalu, dan segera mengambil handphonenya untuk mengisi soal.

Ujiannya pake' CBT

Netra Arci memandangi satu persatu teman temannya yang masih asik bergelut dengan soal, yang mungkin tinggal sedikit lagi.

Waktu masih banyak, masih ada sekitar 20 menit sebelum waktu ujian usai. Dan itu cukup lama bagi Arci.

Arci menghela nafas, dan memilih membaringkan kepalanya diatas meja dengan lengan kiri sebagai bantalan.

Matanya terpejam sesaat, lalu terbuka, memandangi Laili dan Rara yang saling berbisik berbagi jawaban.

Arci terkikik geli dengan suara lirih ketika melihat Laili tak mendengar bisikan Rara yang berakhir dengan tabokan sedikit keras di lengannya, pelakunya tentu saja Rara.

-------------------------------------

Zraash

Anggap saja itu suara hujan yang begitu derasnya mengguyur bumi perkemahan, eh bumi pertiwi maksudnya.

Arci hanya bisa menghela nafas sambil memundurkan langkahnya, berusaha berlindung dari tetesan air hujan yang semakin deras.

Arci memilih untuk duduk di halte sekolahnya, ia sudah menelpon Bundanya dan beliau mengatakan jika nanti ia akan dijemput dengan mobil karena hujan yang semakin deras.

Sambil mengayun ayunkan kedua kakinya yang menggantung, Arci bersenandung pelan.

"Percayalah Arci, berpisah itu mudah~ tak ada Kak Rei dihidupmu kamu mampu-eh, emangnya Kak Rei pernah ada dihidup gue? Dasar halu kau bujang!"

Arci terkekeh pelan mendengarkan celotehannya sendiri, untung tidak ada siapa siapa disampingnya, kalo sampek ada, pasti Arci dikira orang gila karena ngomong sendiri.

Arci menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri, mencoba menghilangkan rasa bosan yang tiba tiba menyerangnya.

Sebenarnya, Arci tidak terlalu suka hujan. Entahlah, Arci hanya merasa biasa saja ketika melihat hujan, tidak ada yang istimewa baginya, entah itu perasaan sedih, apalagi senang.

Jantung Arci berdetak secara cepat dengan tiba tiba, menimbulkan perasaan berdebar yang cukup membuatnya gelisah.

Gue kenapa sih?

Terakhir ia merasakan berdebar secara tiba tiba seperti ini, ketika sepupu jauhnya-yang wajahnya sangat tampan sekaligus otaknya yang jenius-datang kerumahnya bersama keluarga besar.

Sstt, jangan bilang siapa siapa ya, Arci pernah suka sama dia loh, tapi dia memilih memendam perasaannya karena ia menyadari bahwa mereka berdua hanyalah sebatas saudara jauh.

Kasihan banget sih lu Ci

Tapi tidak mungkinkan saudaranya datang kemari? Seingat Arci, sepupunya itu masih ada di luar kota, bersekolah di salah satu SMA bergengsi di sana.

Jadi..? Ia berdebar karena apa?

Arci merasakan ada kendaraan yang hendak melintas dekat didepannya, ia lekas mengangkat wajah dan menolehkan wajahnya kekanan.

Tangan Arci menggenggam kuat, ia tidak bisa melakukan apa apa selain bernafas dan menelan salivanya.

Ada Reinatan yang mengendarai motor ninjanya, dengan helm hitam dan sweater abu abu, tidak memakai jas hujan. Mungkin sengaja, karena besok sudah libur sekolah.

TulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang