"Gue kayaknya dispen deh pas waktu jam pelajaran sembilan." Ucap Fay kepada ketiga sahabatnya yang kini tengah duduk di depannya.
Arci menanggapi,
"Oh... mau diklat junior paskib ya?""Loh? Kok lo tau?" Tanya Anna terkaget.
Arci membusungkan dadanya,
"WOYAJELAS DONG! GUE KAN CALONNYA MAS MALAM!""Mas malam?" Ulang Nadhira tak mengerti.
Arci mengangguk, dan itu membuat ketiga kepala disana kompak mendekat kearah Arci, meminta penjelasan.
"Mas malam itu Kak Rei." Bisik Arci.
"Kok bisa sih nyet?" Tanya Fay, kedua alisnya berkerut.
"Karena dia tinggi sama item ya?" Tebak Anna yang dihadiahi tabokan kasih sayang dari Arci, nista sekali julukan Reinatan, dia tuh gak item, cuma terlalu kurang putih saja.
"Sekate kate lu ya!" Sungut Arci tak terima.
"Yaterus apa? Lo gak mungkin kan buat julukan tanpa maksud?" Sahut Nadhira.
"Jadi gini...." Arci mengatakan dengan wajah paling serius.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
"LO KOK JADI DIEM SIH BEGO?!" Umpat Nadhira, sudah habis kesabarannya dalam menghadapi tingkah tengil Arci!
Arci tertawa terbahak bahak,
"Nungguin ya kalian? Dasyar manusia haus belaian!""Punten nih Ci, hubungannya haus belaian sama kekepoan kita apa ya?" Si Anna malah ikut menyahut.
"Ya.. gak ada sih, kayak lo sama Kak Bara!" Arci menjawab dengan nada yang dibuat dramatis.
"Syalaaaaan." Fay hanya bisa bersenandung melihat kegajean yang tersaji di depannya.
"Udah ah, jadi gini, gue kan suka banget sama yang namanya bintang, nah.. gue pernah baca kalimat yang artinya gini, bintang bersinar sebagai satu satunya yang menerangi malam." Jelas Arci.
"Ya gue sebagai kaum setia ambyar, auto baper dong! Langsung deh gue julukin si Kak Rei itu malam." Lanjut Arci yang dibalas anggukan oleh ketiga manusia di depannya.
"Gue mau nanya sesuatu nih sama elo." Ucap Anna kepada Arci.
Arci menoleh dengan wajah bingung,
"Apaan? Kalo bercandaan gue gaplok ya lo!""Kagak! Nanya beneran gue ini."
"Yaudah, sok atuh."
Widih.. gue udah mengusai berapa bahasa nih?-batin jiwa gaje Arci.
"Bintang kan ada banyak namanya tuh dilangit malam." Anna sengaja menekankan kata "malam".
"Lo sendiri, pengen jadi bintang yang mana?" Lanjut Anna.
Arci memikirkan pertanyaan Anna dengan otak yang berjalan tidak seperti biasanya, pertanyaan ini ada kaitannya dengan masa depannya kelak, iya, masa depannya bersama Kak Rei.
Acikiwirr
"Mmm, gue suka sirius sama bellatrix sih, tapi betelgeuse keren juga." Ucap Arci sambil mengucapkan daftar nama bintang yang menarik perhatiannya selama ini.
"Lo ngomong apaan sih Ci?" Guman Fay tak mengerti akan nama nama yang diucapkan Arci, benar benar asing.
"Pakek nama yang mudah diucapin aja Ci." Saran Anna, melihat Arci yang fasih mengatakan nama nama asing itu, membuat lidah Anna seolah terlilit.
"Rigel aja." Nadhira ikut memberi masukan, karna hanya nama bintang itu yang ia tahu.
Wajah Arci langsung cerah seketika, sambil menjentikkan jari ia berkata,
"Nah... cocok! Rigel keren juga! Lo pada tau gak? Rigel itu adalah bintang paling terang keenam di langit malam.""Widih... hebat juga lo! Bisa sampek hapal urutan bintang bintang gitu!" Puji Fay sambil bertepuk tangan ringan, ternyata Arci tidak sebobrok yang ia pikirkan.
-------------------------------------
Kali ini, Arci tengah berjalan bersama Nadhira menuju ke gerbang sekolah, jam pelajaran terakhir sudah berlalu beberapa menit yang lalu.
Ketika melewati musholla, Nadhira menahan pelan lengan Arci, Arci menoleh dengan wajah bingungnya,
"Apa sih Ra?"Nadhira mendekatkan bibirnya kearah telinga Arci, berbisik
"Ada Kak Rei di... YA GAK USAH LANGSUNG NENGOK BEGO!" Pekik Nadhira heboh ketika Arci langsung membalikkan wajahnya kearah musholla."Subhanallah, Kak Rei lagi sholat Ra." Arci merasa terpukau dengan pemandangan indah yang ia tatap.
"Iya iya tau kalo lo lagi tersepona, lanjut jalan lagi yuk!" Ajak Nadhira sambil menarik pelan lengan Arci.
"Oke.." sahut Arci sambil mengikuti langkah Nadhira.
Disaat detik terakhir ia bisa menatap Reinatan sebelum menuju belokan, Arci merasakan jantungnya berdetak cepat, rasa khawatir tiba tiba menyelimuti dirinya.
Ada apa?
Kak Rei... gak papa kan?
-------------------------------------
Arci tengah berdiri di pagar pembatas balkon kamarnya, tengah menikmati lembutnya tiupan angin yang menerbangkan anak rambutnya.
Pikirannya benar benar terfokus pada debaran khawatirnya yang tak kunjung hilang, kenapa ia harus merasa sekhawatir ini tanpa alasan yang jelas?
Kak Rei kan hanya mengikuti diklat saja, menjadi senior yang akan membimbing para adik juniornya.
Arci hanya takut Kak Rei kecapekan, dan jatuh sakit (?) Oke, mungkin terdengar berlebihan. Apalagi melihat keadaan Kak Reinatan yang terlihat sedikit berbeda dari biasanya, atau mungkin itu hanya sugestinya saja?
"Semoga Kak Rei baik baik aja, dilancarkan diklatnya, jangan sampek sakit ya Kak." Gumam Arci dengan sepenuh hati, benar benar tulus.
Ini adalah kali pertama Arci mendoakan Reinatan, entahlah, selama ini Arci selalu merasakan ragu (?)
-------------------------------------
Singkat saja, lagi krisis ide soalnya:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Teen Fictionini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...